Monday 25 January 2010

Perempuan itu

Dia menarik kedua lengan perempuan itu. Dengan tanpa belas kasihan ia memaksa istri satu-satunya itu merebahkan diri. Mengikat kedua pergelangan tangannya ke belakang, dan menyumpal mulutnya. Pedang itupun terhunus tajam memotong kejam juntaian rambut indah panjang nan legam itu, hingga kulit kepalanya mengelupas. Darah menetes deras jatuh mewarnai lantai putih bersih.

Perempuan itu menangis sekeras-kerasnya namun tiada yang terdengar, terhalang sumpalan kain di mulutnya. Air mata menetes tak henti-henti, tak kuasa menahan laju emosi sang suami yang sedang kalap dilanda cemburu. Kemudian sang suami menggantung potongan rambut indah sang istri yang ternodai bercak daarah itu di atas paku besar yang tertancap di salah satu tembok putih, hingga dari kejauhan tampak aura hitam, merah dan putih.

Tak tahan dengan kelakuan lelaki itu akupun naik pitam dan tiba-tiba sontak kuterbangun dari mimpi buruk dengan mata terbelalak dan nafas tersengal-sengal. Gelap... sekitarku gelap. Dalam gelap kamar ini kudapati diriku tengah terbaring sendiri.

Begitu kuatkah hati seorang lelaki yang terbakar emosi hingga tergelapkan pandangan hatinya, akan arti sebuah kedamaian.

No comments:

Post a Comment

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.