Monday 15 February 2010

Sang waktu

Rintik-rintik air semakin deras. Membawa kesejukan dan meninabobokan orang-orang sampai terlelap. Sunyi dan damai diriku bertemankan uap kopi dan aromanya. Sedikitpun tak kusentuh cairan hangat itu. Akupun diam berhadapan dengan kertas putih yang begitu bersih. Yang ada di hadapanku hanyalah putih, sedang yang ada di pendengaranku hanya ada suara tetesan air yang mendarat di atas genting, melewati celah-celah atap yang bocor dan sampailah mereka mendarat di lantai putih bersih ini. Begitu terpesonanya aku memperhatikan gerak-gerik si air, sampai tak menyadari airnya sudah meluber kemana-mana. Dengan sigap aku langsung berdiri dan setengah berlari mengambil tindakan. Baru satu langkah, aku langsung terpelanting dan meluncur dengan indahnya. Lalu semua jadi hening, hujanpun berhenti. Aku masih terbaring di atas lantai ini. Seluruh tubuhku basah. Diam dan tak ada suara sedikitpun. Ingin seperti ini seterusnya. Berada dalam kesunyian dan ketenangan. Tak mau ada yang usik. Ketenangan ini bermula, dan mungkin akan berakhir. Sang waktu jualah yang kan mempertemukan. Segala yang tak disuka kan datang menghampiri. Namun tetap kuberharap bisa menguasai sang waktu, atau lari dari semua ini.

No comments:

Post a Comment

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.