Wednesday 29 December 2010

Angin Malam

Dalam hembusan angin malam yang mencekam, ia terbaring tak berdaya. Tubuhnya terbalut selimut kusam yang semakin hari makin menipis. Seolah selimut itu ikut terpuruk, tak kuat lagi menahan dinginnya terpaan angin kencang.

Lalu kuputuskan untuk membuka mantel tebal kebesaranku. Kulucuti satu persatu tiap lapis kain kebesaranku dan kubalutkan di atas tubuhnya yang semakin melemah. Ia pun tampak sedikit nyaman walau masih dengan mata terpejam.

Aku tak peduli tubuhku semakin membeku. Walau kebekuan itu menjalar sampai ke dalam kulit ini, lalu merasuk dalam relung kalbu. Karena sejak lama hatiku telah membeku.

Titik-titik salju itu pun turun. Satu persatu menutup tiap jengkal permukaan tubuhku, hingga tak terlihat lagi. Tugasku telah selesai. Ragaku sudah tak kuat lagi bertahan. Aku pun dengan tenang menghembuskan nafas terakhir. Selamat tinggal semua jiwa raga…

Wednesday 22 December 2010

Kabut Malam

Rasa kantuk menghampiri, namun hasrat tak jua berhenti. Bertanya dalam hati. Takdirku ada dimana kini. Mencari celah dimana ada petunjuk illahi. Kemana langkah harus berhenti. Dalam balutan alas kaki. Agar tiada kerikil tajam menyakiti.

Tiba-tiba keharusan menuntunku tuk tidak berhenti. Peluang ini mesti dicoba sampai raga tak kuat lagi. Meski tulang punggung sudah tak mampu memapah raga yang rapuh ini. Tak ada jalan lain selain mengikuti. Apa-apa yang sudah dicoba sebelum ini. Jadikan bunga kehidupan dan pengalaman diri.