Thursday 19 August 2010

Kumbang

Kumbang dan BungaImage by Yulian Firdaus via FlickrAda seekor kumbang betina yang bertubuh kecil dan buruk rupa. Ia hidup bersama dengan ke 32 ekor kumbang lainnya sejak kecil. Seiring berjalannya waktu ia semakin kelihatan buruk rupa, hingga ia dikucilkan dari kelompoknya. Pada saat kerabatnya sedang membangun sarang pada sebuah dahan pohon, kumbang kecil itu berusaha memperingatkan mereka bahwa dahan pohon di sana tidaklah aman untuk dijadikan tempat tinggal, namun mereka tidak mempedulikan kumbang kecil itu. Ia jadi sangat sedih. Suatu ketika kumbang kecil membangun sendiri sarang buatannya pada dahan pohon lain yang sangat rindang. Walaupun bekerja sendirian dan tidak mendapat dukungan dari kerabatnya, ia pantang menyerah hingga sarang itupun telah siap untuk dijadikan tempat tinggal.

Suatu ketika turun hujan deras disertai angin kencang. Petir telah menyambar pohon tempat tinggal ke 32 kumbang-kumbang itu hingga sarangnya ikut hangus terbakar. Hanya beberapa ekor kumbang saja yang berhasil menyelamatkan diri. Melihat hal itu, si kumbang kecil jadi semakin sedih dan mengajak mereka untuk berteduh dalam sarang buatannya sendiri. Sejak saat itu si kumbang kecil sangat dihormati kerabat-kerabatnya, dan mereka hidup bahagia selamanya.
Enhanced by Zemanta

Friday 6 August 2010

A L Y A (Part 3)

Gadis SeluetImage by Roslan Tangah (aka Rasso) via Flickr

Kebetulan ada salah seorang dosen yang sangat baik hati, namanya Pak Rifki. Beliau mengijinkan Alya untuk bertandang ke rumahnya setiap kali ia ingin berkonsultasi mengenai mata kuliah tersebut. Karena seringnya frekuensi Alya bertandang ke rumah, pak Rifki yang masih muda orangnya dan statusnya masih lajang diam-diam menaruh hati terhadap Alya. Awalnya Pak Rifki salut dan mengagumi kegigihan Alya untuk mendalami mata kuliah itu, apalagi ia mengetahui bahwa selama ini Alya menanggung sendiri biaya kuliahnya dan hidup mandiri dari hasil bekerja sebagai penulis.


Pak Rifki mendorong Alya untuk kembali menekuni pekerjaannya sebagai penulis, hingga suatu ketika beliau memperkenalkan Alya pada kerabatnya yang juga seorang penulis. Terbukalah bagi Alya pintu untuk kembali menuju ke sana, namun kali ini peluang terbuka lebar tidak hanya sebagai penulis lepas namun juga sebagai penulis tetap di sebuah surat kabar harian nasional terkemuka. Peluang Alya semakin terbuka lebar sejak Alya dekat dengan Pak Rifki yang selama ini membimbingnya.



Alya pun semakin jatuh hati terhadap dosen pujaannya itu. Kini Alya kembali memperoleh spirit untuk meneruskan kuliah dan job menulis yang sempat terbengkalai. Sebaliknya Alya telah mendapatkan calon teman hidup yang ia anggap sebagai penyelamat hidupnya.


Hubungan merekapun berjalan selam bertahun-tahun sampai suatu saat setelah ia berhasil menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi tersebut, Alya berjanji untuk mengajak kekasihnya itu ke kampung halannya di Madiun untuk diperkenalkan pada kedua orang tuanya. Merekapun akhirnya bertunangan.

Enhanced by Zemanta

A L Y A (Part 2)

Gadis SeluetImage by Roslan Tangah (aka Rasso) via Flickr

Mulailah masa beradaptasi bagi Alya. Kesulitan membagi waktu antara kuliah dan job menulis membuatnya keteteran. Dead line menulis yang diberikan bersamaan waktunya dengan jadwal ujian. Alya merasa stres dan sering uring-uringan. Beberapa kali ia mangkir dari jadwal kuliah hanya untuk menenangkan diri. Ujian di semester pertama harus ia lalui dengan record buruk. Nilai yang didapat sangat tidak memuaskan, dan beberapa mata kuliah harus diulang di semester selanjutnya.


Hal ini tidak menjadikan Alya jera. Pikiran yang kalut menyebabkannya tidak semangat belajar. Skors pun harus diterima Alya karena dead line menulis selalu tidak ditepatinya. Akibatnya penghasilan yang rutin ia terima setiap bulannya sudah tidak ada lagi. Sumber mata pencaharian satu-satunya yang sebelumnya ia banggakan telah raib. Rasa bersalah dan malu terhadap orang tua atas prestasi buruknya di perguruan tinggi membuatnya tak sampai hati untuk meminta bantuan biaya pada mereka. Walaupun sangat ingin pulang ke kampung halaman untuk menceritakan semuanya pada orang tua, niat itu ia urungkan.


Hingga suatu kali Alya terjebak dalam rutinitas kehidupan malam. Pacar baru Alya yang bernama Boby, dan teman-teman satu genknya mempengaruhi cara bersikap dan berpikirnya. Apalagi Boby yang terkenal borju selalu mendorongnya untuk semakin tenggelam dalam kehidupan malam yang sebelumnya belum pernah Alya kenal. Ketergantungan Alya dengan biaya hidup yang kini ditanggung Boby membuatnya semakin tak bisa lepas dari pelukan Boby.


Alya berusaha tersadar dari rusaknya kehidupan yang kini menghantuinya. Masuk di semester kedua ini ada rasa ingin bangkit dari keterpurukan. Perlahan namun pasti, ia berusaha menjauh dari Boby dan teman-teman kehidupan malamnya. Di kelaspun, Alya berusaha akrab dengan semua dosen, dengan tujuan ingin memfokuskan pikirannya di setiap mata kuliah yang sedang ia tempuh. (Bersambung)

Enhanced by Zemanta

A L Y A (Part 1)

Gadis SeluetImage by Roslan Tangah (aka Rasso) via Flickr

Saat pertama membuka pintu depan rumah di suatu pagi yang terang benderang, Alya menemui bertumpuk-tumpuk dedaunan kering yang berserakan memenuhi halaman depan rumah kontrakannya. Begitu banyaknya hingga ia tak bisa menemukan sandal yang biasa ia gunakan sebagai alas kaki untuk menapaki halaman itu. Kumuh sekali, pikirnya. Seperti rumah yang sudah bertahun-tahun tak berpenghuni. Padahal baru kemarin sore ia membersihkan halaman itu. Pohon mangga yang lebat daunnya tumbuh di halaman pekarangan rumah Alya. Saking lebatnya sampai menutup pancaran sinar matahari, dan bila hujan deras mengguyur, tak sedikitpun tanah di pekarangannya basah oleh tetes air hujan.


Sudah seminggu Alya menempati rumah kontrakan itu. Sudah banyak biaya yang ia habiskan untuk merenovasinya, maklum rumah itu sudah kosong bertahun-tahun hingga bangunannya hampir ambruk. Ada banyak lumut di tiap tembok, dan atapnya banyak yang bocor hingga airnya merembes masuk ke dalam tembok rumah dan membekas membentuk lukisan pulau-pulau tak beraturan. Aliran listriknyapun banyak yang tak berfungsi hingga harus memanggil tukang untuk memperbaiki semuanya, termasuk mencat ulang warna tembok yang awalnya sangat kotor, kini telah berubah menjadi warna putih yang bersih.


Alya terpaksa mengontrak rumah itu karena minimnya dana yang ia miliki, selain itu karena berdekatan dengan kampus yang kini menjadi tempat barunya untuk mengenyam pendidikan. Sejak diterima di Universitas Airlangga jurusan Akuntansi, Alya yang saat ini mulai masuk semester pertama dan tinggal berjauhan dengan orang tuanya yang tinggal di Madiun harus merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa bertahan hidup di kota Surabaya yang penuh dengan persaingan. Impiannya untuk masuk salah satu universitas ternama di jawa timur itu telah terkabul berkat do’a dan kerja kerasnya. Selain itu ia berhasil mendapatkan bea siswa dari perusahaan ayahnya atas keberhasilannya masuk ke universitas negeri, jadi persediaan dana untuk hidup beberapa bulan atas biayanya sendiri sedikit terbantu.


Alya yang ngotot untuk membiayai sendiri hidupnya sejak lulus SMA, telah meluruhkan hati kedua orang tuanya. Walaupun kedua orang tuanya masih mampu untuk membiayai kuliahnya, namun Alya tak ingin merepotkan lagi dan ingin belajar hidup mandiri, mengembara ke kota yang belum pernah sekalipun ia jajaki. Kenekatannya dan keyakinan untuk kuliah dan mencari sendiri penghasilan dari upahnya menulis di beberapa media surat kabar dan majalah remaja terkenal, membuatnya selalu optimis. (Bersambung)

Enhanced by Zemanta

Wednesday 4 August 2010

Waduh

Spectacular old-fashioned dress shopImage by marcus_jb1973 via Flickr

“Waduh, baju yang kupakai sama warnanya dengan pramuniaga-pramuniaga itu,” Riri terperanjat saat beberapa langkah akan memasuki salah satu counter pakaian di sebuah mall. Sudah kepalang tanggung, dari rumah ia memang berniat untuk mendatangi counter itu untuk membeli beberapa helai pakaian. Sempat terhenti sejenak langkah Riri ketika ia memutuskan untuk menerjang saja masuk ke dalam.


Ada rasa malu dan tidak percaya diri saat melenggang masuk ke sela-sela pakaian yang tergantung dan berbaris rapi di hanger. Sekilas ia memperhatikan baju yang dikenakan salah seorang pramuniaga yang berdiri tidak jauh darinya. Mulai dari warna biru kotak-kotak yang sama persis, walaupun modelnya yang berbeda, sampai celana jins biru yang dikenakan juga sama warnanya.


Belum sampai satu menit ia berada di dalam sana, dalam hitungan detik Riri segera memutuskan untuk keluar saja dari ruangan itu, dan mencari ke counter lain. Saat akan berbalik, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk-nepuk punggungnya dengan halus. “Mbak, ini ada yang size M?” tanya salah seorang gadis cantik dengan dua kepangan rambut dan kaca mata tebal sedang tersenyum manis, sedang kedua tangannya sibuk menyodorkan sehelai gaun panjang berwarna pink kearah Riri.


Menyadari hal itu Riri hanya tersenyum kecut menahan malu. Segera ia mempercepat langkahnya dan meninggalkan gadis yang sedang kebingungan itu. Tiba-tiba saja ia memasuki sebuah counter yang khusus menjual kemeja casual. Tanpa pikir terlalu lama ia memilih sebuah kemeja berwarna pink dan langsung menuju kasir. Setelah membayar, Riri langsung masuk ke fitting room untuk mengganti baju atasan yang dikenakannya. “Siiip…,” pikir Riri.


Beberapa saat kemudian ia kembali memasuki counter tempat khusus menjual gaun yang baru saja ia tinggalkan tadi. Dengan begitu Riri merasa leluasa dan nyaman berlama-lama dalam counter itu untuk mendapatkan gaun yang sesuai dengan seleranya.

Enhanced by Zemanta

Tubuh penuh bulu (PART 3)

Sloth monkeyImage via Wikipedia

Segera ia membuka tutup botol itu, dan terciumlah aroma menyengat yang harum mirip aroma buah melon yang segar. Tiba-tiba ia teringat beberapa hari yang lalu ia sempat menerima minuman berwarna hijau segar beraroma melon pemberian Brian di rumah kontrakannya. Minuman itu dikemas dalam sebungkus wadah plastik dilengkapi dengan sedotan dan ditambah dengan es. Dari luar tampak menggoda untuk segera meneguk minuman itu. Apakah mungkin Brian pelakunya. Apakah ia berusaha mencelakai dirinya.


Segera malam itu juga ia menghampiri tempat kost Brian yang tak jauh dari kampus. Ia mengendap masuk melewati jendela kamar yang ia panjat melalui pohon di sampingnya. Brian yang tengah lelap tertidur kaget setengah mati dengan cekikan yang menyekat lehernya. “Lintang! Apa yang kaulakukan padaku?” tanya Brian dengan suara parau sambil menahan sakit. “Pasti kamu pelakunya, jawab!” bentak Lintang sambil melepaskan ikatan yang ia buat dengan kerah baju Brian di lehernya. “ Apa maksudmu?” tanya Brian ketakutan sambil terbatuk-batuk karena ikatan yang terlalu kuat di lehernya.


“Apa maksudmu memasukkan cairan penumbuh bulu dalam tubuhku? Jawab!” teriak Lintang sambil mengacungkan sebuah bogem ke muka Brian. Menyadari hal itu, Brian langsung bersujud memohon ampun pada Lintang dan berkata, “ Ma…maaf…memang aku memberimu cairan itu.” “Kenapa?!” sahut Lintang cepat.


“Karena…malam itu aku tak sanggup menyaksikan kau bercumbu dengan Gina, mantan kekasihku,” jawab Brian dengan tubuh gemetaran.

Enhanced by Zemanta

Tubuh penuh bulu (PART 2)

Sloth monkeyImage via Wikipedia

Menangis? Tidak- tidak, pikirnya. Seperti banci saja. Hal seperti ini harus dibiasakan. Apalagi sejak masuk di semester pertama kuliah jurusan kedokteran hewan ini, ia harus berkutat dengan jasad hewan setiap hari di laboratorium kampus. Ia sudah terbiasa dengan tekstur bulu-bulu hewan yang lembut. Namun bisa dibayangkan seperti apa komentar manusia-manusia di luar sana ketika pertama kali nanti menyaksikan tubuh Lintang saat ini. “Tidak, aku tidak boleh keluar rumah sebelum menemukan obat penghilang bulu-bulu terkutuk ini,” pikirnya.


Sudah tiga hari ini Lintang mengurung diri dalam rumah kontrakan. Untung di rumah ia menyimpan satu koli makanan instant. Ditambah telur ceplok kesukaannya jadilah menu santapan setiap harinya. Walaupun lama-lama eneg juga makan dengan menu yang sama, tapi hal itu harus dilakoni juga.


Di hari keempat, tubuh Lintang masih tidak menunjukkan perubahan. Akhirnya ia nekat di malam itu keluar rumah dengan mengendap-endap agar bisa sampai ke laboratorium kampus. Jaraknya cukup dekat hanya sekitar 100 meter. Di dalam laboratorium itu ia berusaha menemukan obat penghilang bulu itu. Setahu Lintang ia pernah menemukan cairan penumbuh bulu, berarti ada cairan untuk menetralisir, pikirnya.


“Ketemu!” teriak Lintang girang dalam hati. Segera ia meminum seluruh cairan itu dan beberapa saat kemudian menghilanglah seluruh bulu-bulu halus dari sekujur tubuh Lintang.


Cairan penghilang bulu itu sebenarnya diperuntukkan bagi hewan-hewan yang akan diotopsi oleh para mahasiswa, hingga tak perlu repot mencabuti bulu-bulunya. Sedangkan di samping botol itu, ada cairan penumbuh bulu yang diperuntukkan bagi hewan-hewan tanpa bulu yang akan diuji cobakan di tempat yang suhu udaranya di bawah nol derajat celcius.


Tunggu sebentar, seperti ada yang tidak beres dengan botol terakhir yang ia lihat. Sebotol cairan penumbuh bulu itu sudah tidak bersegel dan cairannya tinggal separuh botol. Padahal setahu Lintang selama ini belum pernah ada mahasiswa yang memakainya, karena dalam semester pertama ini belum sampai pada bab tentang penumbuh bulu. Mungkinkah ada seseorang yang memakaikan separuh dari cairan ini ke dalam tubuhnya?pikirnya.

Enhanced by Zemanta

Tubuh penuh bulu (PART 1)

Sloth monkeyImage via Wikipedia

Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bulu. Apa gerangan yang menyebabkan tumbuhnya bulu-bulu ini, pikirnya. Sudah tiga hari ini Lintang pontang-panting mencari penyebab berserta obat untuk menghilangkannya. Berbagai pengobatan mulai dari dokter sampai pengobatan alternatif telah dicobanya, namun semua hasilnya sia-sia. Tidak ada yang mengetahui sebab muasal penyakit yang ia derita kini. Jangan-jangan ini semua hukum karma atas dosa-dosa terdahulu yang pernah ia buat, pikirnya.


Lintang merebahkan diri di atas kasur empuk, tempat ia selama ini melepaskan lelah. Statusnya saat ini lajang dan sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi swasta, jurusan kedokteran hewan.


Malam ini ia benar-benar frustasi. Di hari ketiga hatinya semakin berkecamuk seolah ingin berontak dari mimpi buruk ini. Di hari pertama saat ia menyadari tubuhnya penuh dengan bulu, ia langsung berteriak seperti orang kesurupan. Untungnya ia hanya seorang diri tinggal dalam rumah kontrakan sederhana berukuran 10x6 meter itu. Segera ia berlari ke dalam kamar mandi dan mencukur bulu-bulu itu habis sampai bersih, namun beberapa menit kemudian bulu-bulu itu tumbuh kembali dengan suburnya. Seperti menyaksikan adegan proses tumbuhnya tanaman yang diambil tiap beberapa jam sekali, kemudian dipercepat gambarnya mulai dari biji sampai tumbuh menjadi tanaman dewasa, lalu berbunga dan berbuah. Yang disaksikan Lintang terhadap dirinya sendiri tak ubahnya seperti adegan tumbuhnya biji tadi, hanya saja yang ini seperti siaran langsung tanpa editing sedikitpun.


Pikirannya mulai ngelantur kemana-mana. Makan dan minum apa ia semalam sampai pagi keesokan harinya ia harus bangun dalam balutan bulu yang mirip seperti mantel yang setiap malam ia gunakan sebagai selimut tidur itu. Hanya saja yang satu ini menempel di badan dan tak bisa dilipat, apalagi masuk ke dalam almari baju seperti yang biasa ia lakukan setiap bangun tidur.

Enhanced by Zemanta

Tuesday 3 August 2010

Rindu

rinduImage by unsunghero via Flickr

Sangat terasa rindu ini bergetar di dada
Menggelora bak air meluap dari wadah
Kini kau tak ada di samping peraduan
Ada rasa sedih dan sesal membayang

Maaf kala perhatianku tak tercurah sepenuhnya
Maaf kala aku begitu sibuk dalam keseharian
Kau begitu ikhlas dan menerima
Walau pandanganmu sayu dan tak bahagia

Kini bayangmu meremuk redamkan rasa
Ingin berlari ke arahmu dan berkata
Aku ingin kau berada di pelukku selamanya
Sampai akhir hayat tak kan terpisahkan

Enhanced by Zemanta

Sabar

Big Heart of Art - 1000 Visual MashupsImage by qthomasbower via Flickr

Saat aku baru selesai mandi dan berganti pakaian, tiba-tiba anakku mengompol di atas pangkuanku. Saat aku baru selesai mengepel lantai, anakku menumpahkan semangkuk makanan dalam piring hingga mengotori lantai. Selesai aku memandikan anakku, ia lantas bermain pasir di halaman rumah. Sia-siakah usahaku?


Jawabnya tidak… Berkali-kali kau mengganti popok anakmu yang kotor, berkali-kali pula tumbuh benih-benih kasih sayang dalam dirinya terhadapmu, yang semakin lama semakin bertumbuh. Kesabaran membuahkan kasih sayang. Kau tak menyadari hal itu, sampai anakmu cukup besar untuk mengatakan, “I love you, mom…”

Enhanced by Zemanta

Terpedaya

Bermain futsalImage by ivanlanin via Flickr

Ada seorang anak kecil kira-kira berumur 2 tahun tengah asyik bermain dengan ibunya. Sang ibu memanggil tukang bakso yang melintas, dan tak lama kemudian tersajilah semangkuk bakso untuk dinikmati sang ibu. Saat tengah menikmati sebutir bakso, tiba-tiba sang anak merengek minta apa yang dimakan ibunya. Sang ibu marah-marah sambil menjauhkan tangan sang anak dari mangkok bakso tersebut. Namun tangisan sang anak semakin menjadi-jadi, terdengar jelas sampai ke tempat di mana aku duduk ini. Lalu sang ibu mencari cara agar sang anak bisa mereda tangisnya. Diambilnya sendok bekas kuah bakso tadi lalu disodorkan pada tangan anaknya. Tak lama kemudian sang anak menjilati sendok itu dengan lahapnya. Seolah-olah sendok itu adalah sebutir bakso seperti yang dimakan ibunya. Sungguh kasihan… Sang anak tidak tahu apa yang sebenarnya ia jilat tidak sama dengan yang dimakan ibunya, namun sang anak merasa cukup puas hingga reda tangisnya.


Dalam kehidupan sehari-hari kadang nasib kita seperti anak kecil itu. Kita diberi sesuatu yang cukup bisa membuat kita terpedaya dan merasa puas, padahal bukan itu sebenarnya yang benar-benar kita inginkan. Hanya karena rekayasa orang lain, kita jadi terpedaya.

Enhanced by Zemanta

Monday 2 August 2010

Siapa itu?

Door numbered 52Image via Wikipedia

Aku mendengar suara pintu depan berderit, pelan sekali. Aku lupa saat masuk ke dalam rumah, pintu itu belum kututup dan kubiarkan setengah terbuka. Kupingku yang tajam ditambah suasana yang saat itu sunyi senyap di siang bolong, membuatku semakin waspada. Siapa yang sedang berusaha masuk ke dalam rumah. Seseorang ataukah hanya angin yang mendorong pintu itu.

Aku yang saat itu berada di dapur segera bersembunyi di balik lemari makan. Semakin lama bulu kudukku berdiri. Takut akan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi akupun mengambil barang yang terdekat denganku, martil di atas lemari. Mungkin saat orang itu semakin dekat ke arahku, segera saja kulemparkan martil ke arah mukanya.

Bagaimana mungkin seseorang yang berniat bertamu tidak mengeluarkan sepatah kata salam sedikitpun. Pasti orang itu bermaksud jahat. Atau mungkin hanya angin lalu yang berhasil memukul mundur pintu yang sudah tua renta itu, hingga suaranya semakin keras berderit dan akhirnya terpental karena mengenai tembok di belakangnya.

Aku berusaha membungkuk sambil berusaha mengintip. Kutonjolkan kepalaku dan berusaha melihat sesuatu yang tengah bergerak, tapi tidak ada apa-apa. Mungkin orang itu mengendap-endap di lantai. Lalu kucoba merangkak sambil bergeser sedikit berharap melihat sesuatu bayangan di sana. Saat kutonjolkan lagi mukaku ke balik pintu, tiba-tiba sepasang mata tajam dengan pipi dipenuhi kumis panjang menyorot tajam ke arahku. Ya Tuhan, ternyata seekor kucing !
Enhanced by Zemanta

Sunday 1 August 2010

Noda kotor di baju

my crochetImage by noRm@9 via Flickr

Mengapa pakaian anak kecil identik dengan noda kotor? Ini sebuah pertanyaan yang tidak perlu untuk dipertanyakan. Semua orang juga tahu jawabannya. Hanya saja tiap kali aku menemukan pakaian kotor anakku dalam keadaan penuh noda, aku selalu bertanya dalam hati. Mengapa masih kecolongan juga, padahal sudah kujauhkan anakku dari benda-benda yang bisa menyebabkan kotor baju anakku. Mungkin lebih tepatnya tidak terima kalau baju anakku kotor kena noda, apalagi noda yang sukar dibersihkan.


Alhasil sudah dikucek berkali-kali belum hilang juga nodanya, terpaksa memakai pemutih yang bisa menyebabkan pudar warna bajunya. Apalagi warna baju anakku cenderung lebih banyak warna putih, hingga gampang terlihat noda sekecil apapun. Akupun tak lega jika belum berhasil menghilangkan noda-noda itu. Pokoknya dalam keadaan kering setelah dijemur harus kelihatan putih bersih. Jika kecil saja noda masih terlihat, akan kucuci kembali walau untuk yang kesekian kali. Perfeksionis abis…

Enhanced by Zemanta