Friday 9 December 2016

Soal Klise

Ketika saya dihadapkan pada suatu benturan, dalam arti tak ada lagi yang bisa saya lakukan selain menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada, maka pada saat itu saya memaksa diri untuk memahami keadaan. Jika ini tidak saya lakukan maka saya akan menjadi frustasi karena segala sesuatu ada yang mengatur. Saya berusaha memahami bahwa yang saya hadapi tidak lain adalah kehendak illahi yang mengharuskan saya untuk menghadapinya. Bagaimana tidak, jika berbagai cara sepertinya sudah saya coba baik dengan cara halus maupun ‘kasar’ yang tetap menghasilkan kenihilan. Masalah itu tetap ada, berdiri dengan gagahnya mencemooh diri saya seolah-olah ia tembok yang tidak bisa diruntuhkan. Apa yang harus saya lakukan. Apakah harus meruntuhkan tembok di hadapan saya dengan kekuatan yang minim dalam tubuh saya, ataukah harus berbalik arah mencari jalan keluar melalui pintu yang lain. Sepertinya semua sudah pernah saya coba dan masalah itu masih tetap berdiri dengan gagahnya. Lalu apa saya harus berhenti dan menyerah, menyudahi semuanya atau menunggu sesuatu yang saya sendiri tidak tahu itu apa. Pada saat itu saya paksakan diri ini mengerti bahwa tembok di hadapan saya itu memang kehendak illahi, yang pasti memiliki maksud dan tujuan di balik semuanya. Maka jalan satu-satunya mungkin hanya bersabar dan bersabar entah sampai kapan. Bukankah kita diharuskan untuk bersabar setelah ikhtiar telah dijalankan.