Thursday 23 August 2012

Wanita Tegar

Melliferous flower
Melliferous flower (Photo credit: Wikipedia)

Wanita tegar bukan berarti keras kepala
Ia hanya mencoba untuk melawan keterpurukan dengan gigihnya
Wanita tegar bukan berarti tidak pernah menangis
Ia selalu menangis di setiap sakit hati yang menyayat tajam
Wanita tegar bukan berarti tetap pasrah
Ia selalu bertanya-tanya dan berontak dalam diamnya
Wanita tegar bukan berarti tidak pernah bersedih
Ia hanya tidak mau menjadi cengeng dengan memamerkan air mata
Wanita tegar bukan berarti pembangkang
Ia hanya berusaha menjalani apa yg diyakini benar
Karena tak mau terperosok ke dalam lubang yg sama
Wanita tegar bukan berarti tidak pernah putus asa
Ia tidak mau membebani orang terdekat dengan beban hidupnya
Wanita tegar selalu tersenyum dalam tangis
Dan  tak seorangpun tahu,  ia menangis dalam setiap senyuman

Enhanced by Zemanta

Wednesday 22 August 2012

Sedikit Flash Back

English: Photograph of abdomen of a pregnant woman
English: Photograph of abdomen of a pregnant woman (Photo credit: Wikipedia)
Catatan ini aku temukan secara tidak sengaja. Tulisan yang kubuat saat diriku hamil besar, kurang lebih 1,5 tahun yang lalu. Sedikit flash back untuk mengenang bagaimana rasanya saat hamil dulu.

Badan ini serasa susah untuk digerakkan. Bahkan saat posisi tidurpun selalu merasa tidak nyaman, miring ke kiri miring ke kanan. Saat bangun tidur pinggang ini seperti kaku hingga terasa sakit saat dipaksa untuk bangkit dari tempat tidur. Perut yang semakin membesar apalagi menginjak usia kehamilan 8 bulan ini menjadi alasan utama untuk lebih berhati-hati dalam bersikap. Terkadang saat mengawasi putri pertama yang saat ini menginjak usia hampir 1,5 tahun, dan sedang lucu-lucunya apalagi banyak tingkahnya, aku langsung menyerah sambil mengibarkan bendera putih pada utinya. Itu tandanya aku ingin istirahat sejenak alias menyerahkan sejenak keberadaan si kecil pada ibuku…
Enhanced by Zemanta

Tuesday 21 August 2012

Bocah di Atas Trotoar

Bungaku Bunga Liar, Bunga Trotoar...
Bungaku Bunga Liar, Bunga Trotoar... (Photo credit: Ikhlasul Amal)

Bocah di Atas Trotoar

“Bau badanmu menyengat sekali, berapa hari kau tidak mandi?” tanya Pinki pada teman barunya. Beberapa saat yang lalu Pinki berdiri di dekat perempatan lampu merah. Ia merasa terganggu sekali dengan pemandangan di dekatnya, seorang bocah cilik yang sedang melamun di atas trotoar. Kegiatan mengamen Pinki siang itu jadi terganggu dengan rasa penasaran yang tiba-tiba menyeruak tatkala menyaksikan ketenangan dan raut muka membisu sang bocah lelaki yang duduk termangu dengan pandangan kosong. Apalagi bocah itu tidak bergeming sedikitpun dengan panasnya terik mentari yang siang itu benar-benar membakar kulit.

“Berhari-hari kak…”jawab bocah lelaki itu dengan tampang cuek dan muka yang cemberut. Pinki semakin tak kuasa untuk pura-pura cuek dan tak mau tahu dengan keprihatinan yang dialaminya. Segera saja Pinki merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang ribuan yang baru saja ia dapat dari mengamen siang itu.

“Nih, buat kamu. Kamu bisa mandi di kamar mandi umum di ujung jalan sana,” kata Pinki sambil menunjuk letak kamar mandi umum itu. Bocah itu menoleh mengikuti arah tangannya lalu kembali menunduk. “Kenapa kamu?”tanya Pinki penasaran. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya sedang berkecamuk dalam pikiran bocah kecil itu.

Mereka berdua terdiam beberapa saat, lalu sang bocah berkata, “Rumahku tak jauh dari sini kak. Seminggu yang lalu aku lari dari rumah.” Pinki melongo mendengar pengakuannya. “Kenapa kamu lari dari rumah? Dan kenapa sekarang kamu tidak pulang saja ke rumah?” tanya Pinki dengan nada kasihan.

“Aku tadi sudah pulang ke rumah, lalu pergi lagi. Aku kaget ternyata orang tuaku tidak senang dengan kedatanganku. Mereka lebih suka aku pergi dari rumah itu,” jawab sang bocah sambil berlinang air mata.
Pinki tercengang mendengarnya.
Enhanced by Zemanta

Wednesday 15 August 2012

Be be

BlackBerry closeup
BlackBerry closeup (Photo credit: Wikipedia)

BB itu selalu ada dalam genggamannya, bahkan pada saat duduk santai di depan televisi bersama istri dan kedua putrinya. Ia masih bercengkerama dengan BB itu, seolah telah terhipnotis oleh isi percakapan di dalamnya. Raganya duduk berdampingan dengan istri dan anak-anaknya, namun pikiran dan hatinya terbang mengelana jauh mengenang masa-masa sekolahnya dulu saat di bangku SMA. 

Sang istri menghela nafas, menatap wajah suami tercinta yang sedang tersenyum, namun bukan untuk dirinya. Lelaki itu tampak terhibur dengan menatap layar mungil dalam genggamannya. Entah apa yang tengah ia perbincangkan dalam BBM itu. 

Tiba-tiba kedua anak mereka rewel setelah berebut mainan, sang istri kewalahan melerai mereka. Sambil menatap wajah suami yang masih dengan asyiknya menatap layar BB, ia berkata, “Mas.. anak-anak.” Perkataan yang singkat namun penuh harap agar suami berhenti sejenak dari kegiatan chattingnya. Lelaki itu menoleh pada ketiganya, lalu menaruh BB itu di atas kasur dan mendekati kedua buah hati mereka. Ia pun menggendong salah satu di antaranya. Perempuan itu tersenyum lega karena suaminya mau meluangkan waktu. Mereka duduk kembali di depan televisi. Tak mengapa walau perhatian lelakinya tak mengarah padanya untuk saat itu, ia berusaha sabar… kedua bocah itupun bertengkar lagi. Kali ini mereka menangis hebat sambil berteriak. Seperti biasanya perempuan itu langsung menghampiri anak-anak dan melerainya. Sambil menoleh ke arah suami yang masih tengah berkutat dengan BB nya, sang istri terperangah, berharap suaminya meletakkan benda mungil itu dan melerai anak-anak kembali. Namun jemari lelaki itu masih lincah bermain di atas keypad. Perempuan itu tak kuasa lagi menahan tangis dan berlari meninggalkan ruangan untuk menumpahkan kesediahan. Sementara kedua anak mereka semakin berteriak kencang karena kedua orang tuanya tak ada yang mempedulikan.
Enhanced by Zemanta