Wednesday 29 December 2010

Angin Malam

Dalam hembusan angin malam yang mencekam, ia terbaring tak berdaya. Tubuhnya terbalut selimut kusam yang semakin hari makin menipis. Seolah selimut itu ikut terpuruk, tak kuat lagi menahan dinginnya terpaan angin kencang.

Lalu kuputuskan untuk membuka mantel tebal kebesaranku. Kulucuti satu persatu tiap lapis kain kebesaranku dan kubalutkan di atas tubuhnya yang semakin melemah. Ia pun tampak sedikit nyaman walau masih dengan mata terpejam.

Aku tak peduli tubuhku semakin membeku. Walau kebekuan itu menjalar sampai ke dalam kulit ini, lalu merasuk dalam relung kalbu. Karena sejak lama hatiku telah membeku.

Titik-titik salju itu pun turun. Satu persatu menutup tiap jengkal permukaan tubuhku, hingga tak terlihat lagi. Tugasku telah selesai. Ragaku sudah tak kuat lagi bertahan. Aku pun dengan tenang menghembuskan nafas terakhir. Selamat tinggal semua jiwa raga…

Wednesday 22 December 2010

Kabut Malam

Rasa kantuk menghampiri, namun hasrat tak jua berhenti. Bertanya dalam hati. Takdirku ada dimana kini. Mencari celah dimana ada petunjuk illahi. Kemana langkah harus berhenti. Dalam balutan alas kaki. Agar tiada kerikil tajam menyakiti.

Tiba-tiba keharusan menuntunku tuk tidak berhenti. Peluang ini mesti dicoba sampai raga tak kuat lagi. Meski tulang punggung sudah tak mampu memapah raga yang rapuh ini. Tak ada jalan lain selain mengikuti. Apa-apa yang sudah dicoba sebelum ini. Jadikan bunga kehidupan dan pengalaman diri.

Friday 19 November 2010

Akankah

kusutImage by unsunghero via FlickrSimpul-simpul perlahan mulai tampak jelas
Terurai satu persatu dari seonggok benang kusut
Peluang tuk ciptakan sesuatu yag baru
Akankah tercipta sulaman yang indah
ataukah bernasib sama menjadi benang kusut kembali


Enhanced by Zemanta

Friday 5 November 2010

Penggunaan Internet Tepat Guna

Pemanfaatan teknologi internet dapat memberi dampak positif maupun negatif. Betapa tidak, segala informasi dari seluruh penjuru dunia bisa diakses dengan mudah kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja. Tergantung dari niat pengguna internet itu sendiri, pemanfaatannya untuk tujuan kebaikan atau sebaliknya. Mengingat begitu mudahnya kita dapat mengakses informasi yang diinginkan serta minimnya pengawasan dari pihak terkait maka timbulnya penyalahgunaan internet juga berpeluang tinggi.

Sebaliknya, internet bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk tujuan edukasi. Pihak yang selalu haus akan informasi pasti sangat membutuhkan teknologi ini. Selain biaya yang sangat murah, hemat waktu, juga praktis dapat digunakan dimana saja. Bahkan dengan adanya kemudahan ini, banyak sekali orang-orang yang memanfaatkannya untuk bekerja dari rumah. Ibu rumah tangga banyak yang memanfaatkan peluang ini agar dapat menghasilkan uang sambil mengawasi anak-anak mereka di rumah. Pekerjaan seperti pembuatan laporan keuangan, jualan online dan menulis serabutan bisa dikerjakan di rumah.

Saat inipun tengah marak diadakan sekolah atau pelatihan online, sehingga hal ini memberi peluang bagi mereka yang membutuhkan pelatihan maupun pendidikan namun terkendala jarak yang jauh. Kuliah jarak jauh yang dilakukan secara berkala tanpa melalui tatap muka sangat fleksibel digunakan bagi mereka yang sangat sibuk dan terpisah oleh jarak. Dengan demikian proses belajar mengajar tidak perlu lagi menggunakan buku atau kertas sebagai media, cukup dengan mengakses secara online materi yang didapat, sehingga penghematan kertas yang berdampak pada penghematan penggunaan kayu berdampak positif pada pelestarian hutan.


Enhanced by Zemanta

Saturday 16 October 2010

O la la...

Aku ingin pulang...Image by nunnui ™ via FlickrRumput ilalang kembali bergoyang
Tak kuasa menahan terpaan angin kencang
Mencari inspirasi sambil berdendang
Yang didapat hanyalah kebingungan

Menatap layar komputer dengan mata telanjang
Terasa silau bagai ditusuk tombak tajam
Hidup merantau di negeri orang
Terasa asing hingga ingin cepat pulang
Enhanced by Zemanta

Tuesday 12 October 2010

Kenanglah

Bunga tulip pinkImage via WikipediaApa yg bisa kuceritakan padamu
Maukah kau mendengar sayap-sayap rindu yg terus terbang mencari tempat peraduan ini

Apa yg bisa kutunjukkan padamu
Apakah guratan-guratan di dahiku belum cukup menjadi bukti bahwa aku telah berpikir keras demi kelangsungan hidup kita selama ini

Apa yg dapat kusombongkan padamu
Apakah sayatan-sayatan pisau di pergelangan tanganku dapat menjadi saksi bahwa aku telah menghukum diriku sendiri atas kesalahan yg pernah kubuat padamu

Apa yg bisa kupersembahkan padamu
Apakah wajahku tak cukup cantik untuk kaunikmati dan kaucumbui dalam mimpi indahmu

Apa yg dapat kuwariskan untukmu
Selain memori indah masa-masa kejayaan kita dulu kala kau masih menyanjungku di atas segala-galanya

Kenang...
Kenanglah aku dalam ingatanmu
Agar hidup selamanya jiwaku dalam sanubarimu
Enhanced by Zemanta

Monday 11 October 2010

Melarikan Diri

Door Knob with Lock USAImage via WikipediaKedua tapak kakinya berjalan mengendap-endap dalam gelap. Berusaha melangkahkan kaki dengan benar agar tak menginjak sedikitpun barang-barang yang tergeletak berserakan di lantai dalam sebuah kamar yang sempit. Masih beberapa meter lagi untuk sampai pada pintu keluar. Raganya ingin segera membebaskan diri dari sekapan manusia iblis yang tak berperasaan. Jiwanya ingin segera berteriak setelah mencapai ruang di balik pintu itu. Berhasil...! Tangannya meraih gagang pintu itu, namun sayang masih terkunci. Segera diambilnya segebok kunci dari dalam saku kemejanya. Satu persatu ia masukkan anak kunci pada lubang kunci dengan tangan gemetar. Semakin lama semakin bergetar kedua tangannya saat menyadari tak satupun dari anak-anak kunci itu yang belum berhasil membuka daun pintu, kecuali satu kunci yang masih tersisa. Dengan sedikit menghela nafas untuk menenangkan diri, ia mencoba kembali anak kunci terakhir secara perlahan dan penuh pengharapan. Klek...! berhasil terbuka. Tiba-tiba sang penjaga sedikit tersentak. Untunglah penjaga itu kembali tertidur dalam balutan selimut tebal yang hangat. Segera saja tanpa pikir panjang ia mendorong pintu itu kuat-kuat dan mengambil langkah seribu tanpa sedikitpun menoleh ke belakang.
Enhanced by Zemanta

Thursday 7 October 2010

Diapers

diapers for my sonImage by x86x86 via FlickrSuatu ketika Nini, seorang ibu rumah tangga hendak membeli satu pak diapers ukuran besar di sebuah baby shop terdekat di rumahnya. Ia bermaksud membeli satu pak ukuran besar langsung karena harganya lebih murah dibanding satu pak yg lebih kecil. Setelah sampai di sana ternyata persediaan diapers satu pak besar telah habis terjual, yg tersisa hanya beberapa pak ukuran kecil yg harganya lebih mahal. Dengan terpaksa Nini membeli beberapa diapers ukuran pak kecil untuk persediaan beberapa hari saja. Nini menyesal kenapa sebelumnya tidak memborong sekaligus persediaan pak besar yg ada di toko itu. Kemudian ia beralih ke baby shop lain yg jaraknya lebih jauh. Walaupun berhasil mendapatkan diapers ukuran pak besar namun tetap saja cost nya lebih mahal , karena ada tambahan biaya transport.

Beberapa minggu kemudian Nini kembali ke baby shop pertama. Kali ini ia memborong beberapa pak besar diapers sekaligus. Pengalaman sebelumnya yaitu kehabisan stock tidak ingin terulang lagi. Namun beberapa hari kemudian Nini bingung karena budget untuk kebutuhan lain sudah terpakai untuk membeli diapers. Nah loh...gimana solusinya...
Enhanced by Zemanta

Wednesday 6 October 2010

Tanggung Jawab

BEst-FriendImage by Untitled blue via FlickrSelalu saja ada sesuatu untuk dirisaukan. Tak peduli betapa banyak orang yg kan membantumu dalam mengaruhi bahtera hidup, selalu tahap akhir keputusan ada pada dirimu sendiri. Berpulang pada diri sendiri untuk menentukan jalan hidup yg kan berujung pada tanggung jawab masing2 individu. Tak kan mungkin bisa kau menggantungkan sepenuhnya ataupun sebagian saja tanggung jawab yg kau miliki pada orang lain, bahkan pada orang terdekat sekalipun karena masing2 individu punya kapasitasnya masing2 untuk memikul tanggung jawab masing2. Tak kan mungkin mampu seorang individu memanggku tanggung jawab individu lain, karena tiap individu pasti diberi cobaan hidup masing2. Kalaupun bisa hanya dalam taraf tertentu saja, yg selebihnya harus diselesaikan sendiri oleh si empunya masalah.
Enhanced by Zemanta

Komitmen dengan Waktu

Meniti WaktuImage by MyNasir via FlickrSemakin lama semakin menipis persediaan waktuku. Untuk itu kumohon ringankan pekerjaanku, agar cukup waktuku. Andaikan aku tak memiliki rasa lelah, tentu tak kan terbengkalai segala kewajibanku. Andaikan ku tak memiliki rasa malas, tentu telah banyak karya yang telah kuukir. Andaikan aku tak dapat merasakan rasa kantuk, tentu aku mempergunakan sisa waktu sepanjang malam ini tuk mengerjakan apa yang belum tuntas siang tadi.

Dapatkah aku berkomitmen dengan waktu, agar tak terlalu cepat berlari meninggalkanku. Dapatkah aku meringkas pekerjaanku, agar tak berbelit seperti benang kusut tak berujung. Dapatkah aku bermusuhan dengan rasa kantuk yg selalu mendera di saat suasana sedang mendukung.

Jikalau aku melewatkan waktu sepanjang malam ini hanya untuk memuaskan rasa kantuk, tentu esok pagi rasa penyesalan itu menghampiri sekali lagi, seperti saat2 sebelumnya. Kebiasaan yg berulang tanpa mengerjakan sesuatu yg berharga hanya kan menghabiskan sisa waktuku yg semakin menipis. Begitu setiap hari dan seterusnya. Lalu apa maknanya hidup jika selalu merasakan ketidakpuasan dan ketertinggalan. Selalu merasa tertinggal oleh waktu, di sisi lain pekerjaan itu semakin menumpuk dan bertambah volumenya.

Ayo, segera bangkit dari rasa kantuk. Bangun dan belalakkan matamu hingga kau tak mampu lagi tuk berpikir dan merasa jenuh. Inilah saatnya tuk beraksi!
Enhanced by Zemanta

Friday 17 September 2010

Tak Gentar Sedikitpun

This is a Survive Logo with freak "S"Image via Wikipedia

Suatu ketika ada seorang ibu muda tengah berjalan sendirian sambil menggendong anak semata wayangnya yang masih berusia satu tahun. Ia sedang berusaha mencari makan untuk anaknya yang sedang kelaparan, sedang rasa lapar yang ia rasakan sendiri tak begitu dihiraukannya. Baginya, kelangsungan hidup anaknya adalah di atas segala-galanya. Saat tengah melintas di jalan yang sepi di malam yang pekat dan dingin, tiba-tiba datang sekelompok orang berusaha merampoknya. Begitu menyadari ibu muda itu tak memiliki harta sedikitpun, tiba-tiba mereka marah dan langsung memukulnya. Spontan ibu muda itu menjerit kesakitan saat mereka menendang, memukul dan mengayunkan sebilah kayu berkali-kali ke arahnya. Bayi yang ada di gendongannyapun ia lindungi sekuat tenaga dengan tubuhnya yang lemah dan kurus itu, hingga tubuhnya penuh dengan memar dan bersimbah darah. Sedang bayi itupun menangis meraung-raung di bawah lindungan tubuh ibunya.


Selesai menjalankan aksinya mereka langsung pergi ngeloyor dan meninggalkan ibu beserta bayinya dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Untunglah sang bayi selamat, tidak mengalami luka sedikitpun. Sedangkan sang ibu menangis sesenggukan dan mengucapkan syukur alhamdulillah menyadari sang buah hati dalam keadaan selamat, padahal tubuhnya sendiri penuh darah dan remuk tulangnya.


Menyadari tak ada seorangpun yang melintas apalagi menolongnya, ia pun memaksakan diri dengan sisa tenaga yang dimiliki untuk kembali berdiri melanjutkan perjalanan sambil menggendong sang buah hati. Berharap ada seseorang yang melintas dan menolongnya.

Enhanced by Zemanta

Thursday 19 August 2010

Kumbang

Kumbang dan BungaImage by Yulian Firdaus via FlickrAda seekor kumbang betina yang bertubuh kecil dan buruk rupa. Ia hidup bersama dengan ke 32 ekor kumbang lainnya sejak kecil. Seiring berjalannya waktu ia semakin kelihatan buruk rupa, hingga ia dikucilkan dari kelompoknya. Pada saat kerabatnya sedang membangun sarang pada sebuah dahan pohon, kumbang kecil itu berusaha memperingatkan mereka bahwa dahan pohon di sana tidaklah aman untuk dijadikan tempat tinggal, namun mereka tidak mempedulikan kumbang kecil itu. Ia jadi sangat sedih. Suatu ketika kumbang kecil membangun sendiri sarang buatannya pada dahan pohon lain yang sangat rindang. Walaupun bekerja sendirian dan tidak mendapat dukungan dari kerabatnya, ia pantang menyerah hingga sarang itupun telah siap untuk dijadikan tempat tinggal.

Suatu ketika turun hujan deras disertai angin kencang. Petir telah menyambar pohon tempat tinggal ke 32 kumbang-kumbang itu hingga sarangnya ikut hangus terbakar. Hanya beberapa ekor kumbang saja yang berhasil menyelamatkan diri. Melihat hal itu, si kumbang kecil jadi semakin sedih dan mengajak mereka untuk berteduh dalam sarang buatannya sendiri. Sejak saat itu si kumbang kecil sangat dihormati kerabat-kerabatnya, dan mereka hidup bahagia selamanya.
Enhanced by Zemanta

Friday 6 August 2010

A L Y A (Part 3)

Gadis SeluetImage by Roslan Tangah (aka Rasso) via Flickr

Kebetulan ada salah seorang dosen yang sangat baik hati, namanya Pak Rifki. Beliau mengijinkan Alya untuk bertandang ke rumahnya setiap kali ia ingin berkonsultasi mengenai mata kuliah tersebut. Karena seringnya frekuensi Alya bertandang ke rumah, pak Rifki yang masih muda orangnya dan statusnya masih lajang diam-diam menaruh hati terhadap Alya. Awalnya Pak Rifki salut dan mengagumi kegigihan Alya untuk mendalami mata kuliah itu, apalagi ia mengetahui bahwa selama ini Alya menanggung sendiri biaya kuliahnya dan hidup mandiri dari hasil bekerja sebagai penulis.


Pak Rifki mendorong Alya untuk kembali menekuni pekerjaannya sebagai penulis, hingga suatu ketika beliau memperkenalkan Alya pada kerabatnya yang juga seorang penulis. Terbukalah bagi Alya pintu untuk kembali menuju ke sana, namun kali ini peluang terbuka lebar tidak hanya sebagai penulis lepas namun juga sebagai penulis tetap di sebuah surat kabar harian nasional terkemuka. Peluang Alya semakin terbuka lebar sejak Alya dekat dengan Pak Rifki yang selama ini membimbingnya.



Alya pun semakin jatuh hati terhadap dosen pujaannya itu. Kini Alya kembali memperoleh spirit untuk meneruskan kuliah dan job menulis yang sempat terbengkalai. Sebaliknya Alya telah mendapatkan calon teman hidup yang ia anggap sebagai penyelamat hidupnya.


Hubungan merekapun berjalan selam bertahun-tahun sampai suatu saat setelah ia berhasil menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi tersebut, Alya berjanji untuk mengajak kekasihnya itu ke kampung halannya di Madiun untuk diperkenalkan pada kedua orang tuanya. Merekapun akhirnya bertunangan.

Enhanced by Zemanta

A L Y A (Part 2)

Gadis SeluetImage by Roslan Tangah (aka Rasso) via Flickr

Mulailah masa beradaptasi bagi Alya. Kesulitan membagi waktu antara kuliah dan job menulis membuatnya keteteran. Dead line menulis yang diberikan bersamaan waktunya dengan jadwal ujian. Alya merasa stres dan sering uring-uringan. Beberapa kali ia mangkir dari jadwal kuliah hanya untuk menenangkan diri. Ujian di semester pertama harus ia lalui dengan record buruk. Nilai yang didapat sangat tidak memuaskan, dan beberapa mata kuliah harus diulang di semester selanjutnya.


Hal ini tidak menjadikan Alya jera. Pikiran yang kalut menyebabkannya tidak semangat belajar. Skors pun harus diterima Alya karena dead line menulis selalu tidak ditepatinya. Akibatnya penghasilan yang rutin ia terima setiap bulannya sudah tidak ada lagi. Sumber mata pencaharian satu-satunya yang sebelumnya ia banggakan telah raib. Rasa bersalah dan malu terhadap orang tua atas prestasi buruknya di perguruan tinggi membuatnya tak sampai hati untuk meminta bantuan biaya pada mereka. Walaupun sangat ingin pulang ke kampung halaman untuk menceritakan semuanya pada orang tua, niat itu ia urungkan.


Hingga suatu kali Alya terjebak dalam rutinitas kehidupan malam. Pacar baru Alya yang bernama Boby, dan teman-teman satu genknya mempengaruhi cara bersikap dan berpikirnya. Apalagi Boby yang terkenal borju selalu mendorongnya untuk semakin tenggelam dalam kehidupan malam yang sebelumnya belum pernah Alya kenal. Ketergantungan Alya dengan biaya hidup yang kini ditanggung Boby membuatnya semakin tak bisa lepas dari pelukan Boby.


Alya berusaha tersadar dari rusaknya kehidupan yang kini menghantuinya. Masuk di semester kedua ini ada rasa ingin bangkit dari keterpurukan. Perlahan namun pasti, ia berusaha menjauh dari Boby dan teman-teman kehidupan malamnya. Di kelaspun, Alya berusaha akrab dengan semua dosen, dengan tujuan ingin memfokuskan pikirannya di setiap mata kuliah yang sedang ia tempuh. (Bersambung)

Enhanced by Zemanta

A L Y A (Part 1)

Gadis SeluetImage by Roslan Tangah (aka Rasso) via Flickr

Saat pertama membuka pintu depan rumah di suatu pagi yang terang benderang, Alya menemui bertumpuk-tumpuk dedaunan kering yang berserakan memenuhi halaman depan rumah kontrakannya. Begitu banyaknya hingga ia tak bisa menemukan sandal yang biasa ia gunakan sebagai alas kaki untuk menapaki halaman itu. Kumuh sekali, pikirnya. Seperti rumah yang sudah bertahun-tahun tak berpenghuni. Padahal baru kemarin sore ia membersihkan halaman itu. Pohon mangga yang lebat daunnya tumbuh di halaman pekarangan rumah Alya. Saking lebatnya sampai menutup pancaran sinar matahari, dan bila hujan deras mengguyur, tak sedikitpun tanah di pekarangannya basah oleh tetes air hujan.


Sudah seminggu Alya menempati rumah kontrakan itu. Sudah banyak biaya yang ia habiskan untuk merenovasinya, maklum rumah itu sudah kosong bertahun-tahun hingga bangunannya hampir ambruk. Ada banyak lumut di tiap tembok, dan atapnya banyak yang bocor hingga airnya merembes masuk ke dalam tembok rumah dan membekas membentuk lukisan pulau-pulau tak beraturan. Aliran listriknyapun banyak yang tak berfungsi hingga harus memanggil tukang untuk memperbaiki semuanya, termasuk mencat ulang warna tembok yang awalnya sangat kotor, kini telah berubah menjadi warna putih yang bersih.


Alya terpaksa mengontrak rumah itu karena minimnya dana yang ia miliki, selain itu karena berdekatan dengan kampus yang kini menjadi tempat barunya untuk mengenyam pendidikan. Sejak diterima di Universitas Airlangga jurusan Akuntansi, Alya yang saat ini mulai masuk semester pertama dan tinggal berjauhan dengan orang tuanya yang tinggal di Madiun harus merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa bertahan hidup di kota Surabaya yang penuh dengan persaingan. Impiannya untuk masuk salah satu universitas ternama di jawa timur itu telah terkabul berkat do’a dan kerja kerasnya. Selain itu ia berhasil mendapatkan bea siswa dari perusahaan ayahnya atas keberhasilannya masuk ke universitas negeri, jadi persediaan dana untuk hidup beberapa bulan atas biayanya sendiri sedikit terbantu.


Alya yang ngotot untuk membiayai sendiri hidupnya sejak lulus SMA, telah meluruhkan hati kedua orang tuanya. Walaupun kedua orang tuanya masih mampu untuk membiayai kuliahnya, namun Alya tak ingin merepotkan lagi dan ingin belajar hidup mandiri, mengembara ke kota yang belum pernah sekalipun ia jajaki. Kenekatannya dan keyakinan untuk kuliah dan mencari sendiri penghasilan dari upahnya menulis di beberapa media surat kabar dan majalah remaja terkenal, membuatnya selalu optimis. (Bersambung)

Enhanced by Zemanta

Wednesday 4 August 2010

Waduh

Spectacular old-fashioned dress shopImage by marcus_jb1973 via Flickr

“Waduh, baju yang kupakai sama warnanya dengan pramuniaga-pramuniaga itu,” Riri terperanjat saat beberapa langkah akan memasuki salah satu counter pakaian di sebuah mall. Sudah kepalang tanggung, dari rumah ia memang berniat untuk mendatangi counter itu untuk membeli beberapa helai pakaian. Sempat terhenti sejenak langkah Riri ketika ia memutuskan untuk menerjang saja masuk ke dalam.


Ada rasa malu dan tidak percaya diri saat melenggang masuk ke sela-sela pakaian yang tergantung dan berbaris rapi di hanger. Sekilas ia memperhatikan baju yang dikenakan salah seorang pramuniaga yang berdiri tidak jauh darinya. Mulai dari warna biru kotak-kotak yang sama persis, walaupun modelnya yang berbeda, sampai celana jins biru yang dikenakan juga sama warnanya.


Belum sampai satu menit ia berada di dalam sana, dalam hitungan detik Riri segera memutuskan untuk keluar saja dari ruangan itu, dan mencari ke counter lain. Saat akan berbalik, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk-nepuk punggungnya dengan halus. “Mbak, ini ada yang size M?” tanya salah seorang gadis cantik dengan dua kepangan rambut dan kaca mata tebal sedang tersenyum manis, sedang kedua tangannya sibuk menyodorkan sehelai gaun panjang berwarna pink kearah Riri.


Menyadari hal itu Riri hanya tersenyum kecut menahan malu. Segera ia mempercepat langkahnya dan meninggalkan gadis yang sedang kebingungan itu. Tiba-tiba saja ia memasuki sebuah counter yang khusus menjual kemeja casual. Tanpa pikir terlalu lama ia memilih sebuah kemeja berwarna pink dan langsung menuju kasir. Setelah membayar, Riri langsung masuk ke fitting room untuk mengganti baju atasan yang dikenakannya. “Siiip…,” pikir Riri.


Beberapa saat kemudian ia kembali memasuki counter tempat khusus menjual gaun yang baru saja ia tinggalkan tadi. Dengan begitu Riri merasa leluasa dan nyaman berlama-lama dalam counter itu untuk mendapatkan gaun yang sesuai dengan seleranya.

Enhanced by Zemanta

Tubuh penuh bulu (PART 3)

Sloth monkeyImage via Wikipedia

Segera ia membuka tutup botol itu, dan terciumlah aroma menyengat yang harum mirip aroma buah melon yang segar. Tiba-tiba ia teringat beberapa hari yang lalu ia sempat menerima minuman berwarna hijau segar beraroma melon pemberian Brian di rumah kontrakannya. Minuman itu dikemas dalam sebungkus wadah plastik dilengkapi dengan sedotan dan ditambah dengan es. Dari luar tampak menggoda untuk segera meneguk minuman itu. Apakah mungkin Brian pelakunya. Apakah ia berusaha mencelakai dirinya.


Segera malam itu juga ia menghampiri tempat kost Brian yang tak jauh dari kampus. Ia mengendap masuk melewati jendela kamar yang ia panjat melalui pohon di sampingnya. Brian yang tengah lelap tertidur kaget setengah mati dengan cekikan yang menyekat lehernya. “Lintang! Apa yang kaulakukan padaku?” tanya Brian dengan suara parau sambil menahan sakit. “Pasti kamu pelakunya, jawab!” bentak Lintang sambil melepaskan ikatan yang ia buat dengan kerah baju Brian di lehernya. “ Apa maksudmu?” tanya Brian ketakutan sambil terbatuk-batuk karena ikatan yang terlalu kuat di lehernya.


“Apa maksudmu memasukkan cairan penumbuh bulu dalam tubuhku? Jawab!” teriak Lintang sambil mengacungkan sebuah bogem ke muka Brian. Menyadari hal itu, Brian langsung bersujud memohon ampun pada Lintang dan berkata, “ Ma…maaf…memang aku memberimu cairan itu.” “Kenapa?!” sahut Lintang cepat.


“Karena…malam itu aku tak sanggup menyaksikan kau bercumbu dengan Gina, mantan kekasihku,” jawab Brian dengan tubuh gemetaran.

Enhanced by Zemanta

Tubuh penuh bulu (PART 2)

Sloth monkeyImage via Wikipedia

Menangis? Tidak- tidak, pikirnya. Seperti banci saja. Hal seperti ini harus dibiasakan. Apalagi sejak masuk di semester pertama kuliah jurusan kedokteran hewan ini, ia harus berkutat dengan jasad hewan setiap hari di laboratorium kampus. Ia sudah terbiasa dengan tekstur bulu-bulu hewan yang lembut. Namun bisa dibayangkan seperti apa komentar manusia-manusia di luar sana ketika pertama kali nanti menyaksikan tubuh Lintang saat ini. “Tidak, aku tidak boleh keluar rumah sebelum menemukan obat penghilang bulu-bulu terkutuk ini,” pikirnya.


Sudah tiga hari ini Lintang mengurung diri dalam rumah kontrakan. Untung di rumah ia menyimpan satu koli makanan instant. Ditambah telur ceplok kesukaannya jadilah menu santapan setiap harinya. Walaupun lama-lama eneg juga makan dengan menu yang sama, tapi hal itu harus dilakoni juga.


Di hari keempat, tubuh Lintang masih tidak menunjukkan perubahan. Akhirnya ia nekat di malam itu keluar rumah dengan mengendap-endap agar bisa sampai ke laboratorium kampus. Jaraknya cukup dekat hanya sekitar 100 meter. Di dalam laboratorium itu ia berusaha menemukan obat penghilang bulu itu. Setahu Lintang ia pernah menemukan cairan penumbuh bulu, berarti ada cairan untuk menetralisir, pikirnya.


“Ketemu!” teriak Lintang girang dalam hati. Segera ia meminum seluruh cairan itu dan beberapa saat kemudian menghilanglah seluruh bulu-bulu halus dari sekujur tubuh Lintang.


Cairan penghilang bulu itu sebenarnya diperuntukkan bagi hewan-hewan yang akan diotopsi oleh para mahasiswa, hingga tak perlu repot mencabuti bulu-bulunya. Sedangkan di samping botol itu, ada cairan penumbuh bulu yang diperuntukkan bagi hewan-hewan tanpa bulu yang akan diuji cobakan di tempat yang suhu udaranya di bawah nol derajat celcius.


Tunggu sebentar, seperti ada yang tidak beres dengan botol terakhir yang ia lihat. Sebotol cairan penumbuh bulu itu sudah tidak bersegel dan cairannya tinggal separuh botol. Padahal setahu Lintang selama ini belum pernah ada mahasiswa yang memakainya, karena dalam semester pertama ini belum sampai pada bab tentang penumbuh bulu. Mungkinkah ada seseorang yang memakaikan separuh dari cairan ini ke dalam tubuhnya?pikirnya.

Enhanced by Zemanta

Tubuh penuh bulu (PART 1)

Sloth monkeyImage via Wikipedia

Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bulu. Apa gerangan yang menyebabkan tumbuhnya bulu-bulu ini, pikirnya. Sudah tiga hari ini Lintang pontang-panting mencari penyebab berserta obat untuk menghilangkannya. Berbagai pengobatan mulai dari dokter sampai pengobatan alternatif telah dicobanya, namun semua hasilnya sia-sia. Tidak ada yang mengetahui sebab muasal penyakit yang ia derita kini. Jangan-jangan ini semua hukum karma atas dosa-dosa terdahulu yang pernah ia buat, pikirnya.


Lintang merebahkan diri di atas kasur empuk, tempat ia selama ini melepaskan lelah. Statusnya saat ini lajang dan sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi swasta, jurusan kedokteran hewan.


Malam ini ia benar-benar frustasi. Di hari ketiga hatinya semakin berkecamuk seolah ingin berontak dari mimpi buruk ini. Di hari pertama saat ia menyadari tubuhnya penuh dengan bulu, ia langsung berteriak seperti orang kesurupan. Untungnya ia hanya seorang diri tinggal dalam rumah kontrakan sederhana berukuran 10x6 meter itu. Segera ia berlari ke dalam kamar mandi dan mencukur bulu-bulu itu habis sampai bersih, namun beberapa menit kemudian bulu-bulu itu tumbuh kembali dengan suburnya. Seperti menyaksikan adegan proses tumbuhnya tanaman yang diambil tiap beberapa jam sekali, kemudian dipercepat gambarnya mulai dari biji sampai tumbuh menjadi tanaman dewasa, lalu berbunga dan berbuah. Yang disaksikan Lintang terhadap dirinya sendiri tak ubahnya seperti adegan tumbuhnya biji tadi, hanya saja yang ini seperti siaran langsung tanpa editing sedikitpun.


Pikirannya mulai ngelantur kemana-mana. Makan dan minum apa ia semalam sampai pagi keesokan harinya ia harus bangun dalam balutan bulu yang mirip seperti mantel yang setiap malam ia gunakan sebagai selimut tidur itu. Hanya saja yang satu ini menempel di badan dan tak bisa dilipat, apalagi masuk ke dalam almari baju seperti yang biasa ia lakukan setiap bangun tidur.

Enhanced by Zemanta

Tuesday 3 August 2010

Rindu

rinduImage by unsunghero via Flickr

Sangat terasa rindu ini bergetar di dada
Menggelora bak air meluap dari wadah
Kini kau tak ada di samping peraduan
Ada rasa sedih dan sesal membayang

Maaf kala perhatianku tak tercurah sepenuhnya
Maaf kala aku begitu sibuk dalam keseharian
Kau begitu ikhlas dan menerima
Walau pandanganmu sayu dan tak bahagia

Kini bayangmu meremuk redamkan rasa
Ingin berlari ke arahmu dan berkata
Aku ingin kau berada di pelukku selamanya
Sampai akhir hayat tak kan terpisahkan

Enhanced by Zemanta

Sabar

Big Heart of Art - 1000 Visual MashupsImage by qthomasbower via Flickr

Saat aku baru selesai mandi dan berganti pakaian, tiba-tiba anakku mengompol di atas pangkuanku. Saat aku baru selesai mengepel lantai, anakku menumpahkan semangkuk makanan dalam piring hingga mengotori lantai. Selesai aku memandikan anakku, ia lantas bermain pasir di halaman rumah. Sia-siakah usahaku?


Jawabnya tidak… Berkali-kali kau mengganti popok anakmu yang kotor, berkali-kali pula tumbuh benih-benih kasih sayang dalam dirinya terhadapmu, yang semakin lama semakin bertumbuh. Kesabaran membuahkan kasih sayang. Kau tak menyadari hal itu, sampai anakmu cukup besar untuk mengatakan, “I love you, mom…”

Enhanced by Zemanta

Terpedaya

Bermain futsalImage by ivanlanin via Flickr

Ada seorang anak kecil kira-kira berumur 2 tahun tengah asyik bermain dengan ibunya. Sang ibu memanggil tukang bakso yang melintas, dan tak lama kemudian tersajilah semangkuk bakso untuk dinikmati sang ibu. Saat tengah menikmati sebutir bakso, tiba-tiba sang anak merengek minta apa yang dimakan ibunya. Sang ibu marah-marah sambil menjauhkan tangan sang anak dari mangkok bakso tersebut. Namun tangisan sang anak semakin menjadi-jadi, terdengar jelas sampai ke tempat di mana aku duduk ini. Lalu sang ibu mencari cara agar sang anak bisa mereda tangisnya. Diambilnya sendok bekas kuah bakso tadi lalu disodorkan pada tangan anaknya. Tak lama kemudian sang anak menjilati sendok itu dengan lahapnya. Seolah-olah sendok itu adalah sebutir bakso seperti yang dimakan ibunya. Sungguh kasihan… Sang anak tidak tahu apa yang sebenarnya ia jilat tidak sama dengan yang dimakan ibunya, namun sang anak merasa cukup puas hingga reda tangisnya.


Dalam kehidupan sehari-hari kadang nasib kita seperti anak kecil itu. Kita diberi sesuatu yang cukup bisa membuat kita terpedaya dan merasa puas, padahal bukan itu sebenarnya yang benar-benar kita inginkan. Hanya karena rekayasa orang lain, kita jadi terpedaya.

Enhanced by Zemanta

Monday 2 August 2010

Siapa itu?

Door numbered 52Image via Wikipedia

Aku mendengar suara pintu depan berderit, pelan sekali. Aku lupa saat masuk ke dalam rumah, pintu itu belum kututup dan kubiarkan setengah terbuka. Kupingku yang tajam ditambah suasana yang saat itu sunyi senyap di siang bolong, membuatku semakin waspada. Siapa yang sedang berusaha masuk ke dalam rumah. Seseorang ataukah hanya angin yang mendorong pintu itu.

Aku yang saat itu berada di dapur segera bersembunyi di balik lemari makan. Semakin lama bulu kudukku berdiri. Takut akan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi akupun mengambil barang yang terdekat denganku, martil di atas lemari. Mungkin saat orang itu semakin dekat ke arahku, segera saja kulemparkan martil ke arah mukanya.

Bagaimana mungkin seseorang yang berniat bertamu tidak mengeluarkan sepatah kata salam sedikitpun. Pasti orang itu bermaksud jahat. Atau mungkin hanya angin lalu yang berhasil memukul mundur pintu yang sudah tua renta itu, hingga suaranya semakin keras berderit dan akhirnya terpental karena mengenai tembok di belakangnya.

Aku berusaha membungkuk sambil berusaha mengintip. Kutonjolkan kepalaku dan berusaha melihat sesuatu yang tengah bergerak, tapi tidak ada apa-apa. Mungkin orang itu mengendap-endap di lantai. Lalu kucoba merangkak sambil bergeser sedikit berharap melihat sesuatu bayangan di sana. Saat kutonjolkan lagi mukaku ke balik pintu, tiba-tiba sepasang mata tajam dengan pipi dipenuhi kumis panjang menyorot tajam ke arahku. Ya Tuhan, ternyata seekor kucing !
Enhanced by Zemanta

Sunday 1 August 2010

Noda kotor di baju

my crochetImage by noRm@9 via Flickr

Mengapa pakaian anak kecil identik dengan noda kotor? Ini sebuah pertanyaan yang tidak perlu untuk dipertanyakan. Semua orang juga tahu jawabannya. Hanya saja tiap kali aku menemukan pakaian kotor anakku dalam keadaan penuh noda, aku selalu bertanya dalam hati. Mengapa masih kecolongan juga, padahal sudah kujauhkan anakku dari benda-benda yang bisa menyebabkan kotor baju anakku. Mungkin lebih tepatnya tidak terima kalau baju anakku kotor kena noda, apalagi noda yang sukar dibersihkan.


Alhasil sudah dikucek berkali-kali belum hilang juga nodanya, terpaksa memakai pemutih yang bisa menyebabkan pudar warna bajunya. Apalagi warna baju anakku cenderung lebih banyak warna putih, hingga gampang terlihat noda sekecil apapun. Akupun tak lega jika belum berhasil menghilangkan noda-noda itu. Pokoknya dalam keadaan kering setelah dijemur harus kelihatan putih bersih. Jika kecil saja noda masih terlihat, akan kucuci kembali walau untuk yang kesekian kali. Perfeksionis abis…

Enhanced by Zemanta

Saturday 31 July 2010

Tidurlah Sayang

Ikut tidur aja ahImage by deasdira via Flickr

Kujaga kau anakku sayang

Kujaga kau dari ganasnya gigitan serangga malam

Kujaga kau dari rasa haus yang datang di tengah malam

Kujaga kau dari hawa dingin yang menusuk tulang

Kujaga kau dari hawa panas saat keringatmu bercucuran


Tidurlah sayang buah hatiku

Tidur dalam dekapan bunda disampingmu

Tidur dengan mimpi indah tanpa terganggu

Tidur dengan senyuman tanda nyenyak tidurmu

Enhanced by Zemanta

Karakter

Deziple CharacterImage via Wikipedia

Menangkap maksud seseorang memang gampang-gampang susah, apalagi orang yang baru kita kenal. Sedangkan untuk mengenal seseorang, kita butuh waktu. Kadang ada karakter yang mudah ditebak, ada pula yang sulit ditebak. Apalagi orang yang kurang ekspresif sehingga membutuhkan pemikiran ekstra untuk menangkap maksud orang tersebut.

Kalau kita tahu watak seseorang tersebut labil, perubahan sikap maupun ucapan membuat kita dapat memahami bahwa saat itu ia sedang tidak mood, atau biasanya ada yang berucap “memang begitulah wataknya, nanti toh akan kembali seperti semula.” Namun seseorang yang sulit ditebak, tidak bisa dibedakan apakah ia sedang marah atau senang. Oleh karena itu orang lebih berhati-hati atau menjaga jarak saat berhadapan dengan orang semacam ini.


Enhanced by Zemanta

Mood mempengaruhi hasil suatu pekerjaan

Aku pernah membuat beberapa lukisan, walaupun aku bukan seorang pelukis. Diantara lukisan itu ada satu lukisan yang hasilnya benar-benar memuaskan diriku karena mirip dengan aslinya. Objek gambar yang kujadikan model lukisan adalah gambar pemandangan di kalender. Masih dalam tahap belajar, namun saat itu aku bertekad untuk mengahsilkan lukisan yang paling bagus dari yang sudah-sudah, karena lukisan sebelumnya selalu mengecewakan. Mungkin karena terlalu semangat dan memberi dead line bagi diri sendiri untuk segera menyelesaikannya saat itu juga, maka hasilnya malah tidak karuan.

Untuk kali itu dalam setengah hari aku baru menyelesaikan sepertiga bagian lukisan, tiba-tiba mataku sudah lelah. Ragaku sudah tak kuat lagi untuk memberikan konsentrasi penuh pada pencampuran warna. Padahal semangatku masih membaja dan tergoda untuk menyelesaikannya hari itu juga. Namun sesuai pengalaman, akhirnya mengurungkan niat untuk meneruskan melukis dan memilih untuk mengistirahatkan raga dan pikiran. Mungkin jika diteruskan esok hari dalam keadaan fresh hasilnya akan lebih bagus, pikirku.

Keesokan harinya aku meneruskan melukis dalam keadaan segar bugar karena baru bangun dari tidur. Dalam hari kedua aku telah menyelesaikan dua pertiga bagian lukisan. Lalu seperti sebelumnya aku menahan keinginan untuk melanjutkan sampai selesai setelah rasa lelah terasa. Baru di hari ketiga aku berhasil menyelesaikan seluruh bagian lukisan. Hasilnya? Alhamdulillah sangat memuaskan setidaknya bagi diriku sendiri.

Kesimpulan yang bisa kudapat adalah, lebih sabar dalam mengerjakan setiap pekerjaan. Jika rasa lelah atau mood yang tidak berpihak pada pekerjaan itu, saatnya untuk beristirahat, karena mengerjakan sesuatu dalam keadaan segar bugar hasilnya pasti lebih baik.

Tentang Waktu

Aku memandangi putriku yang masih berusia 1 tahun. Kupandangi erat-erat wajah ayunya yang cantik dan mungil. Kuperhatikan caranya bernyanyi, bergoyang dan mengucapkan kata-kata dengan terbata-bata. Lucu sekali mendengar setiap kata yang meluncur dari bibir manisnya. Apalagi saat ia mengucapkan beberapa kalimat yang tidak jelas pengejaannya. Begitu riangnya ia, seolah membuat sebuah komunikasi denganku dan aku berusaha menjawabnya walau tak mengerti benar apa sebenarnya yang ia maksud.

Kutertawa kecil dan geli, mungkin seperti ini juga diriku saat aku masih kecil. Berusaha belajar dan memahami apa isi dunia. Berusaha paham apa yang dilakukan orang-orang dewasa. Dan saat ini, 30 tahun sudah aku menghirup udara segar dunia. Tak terasa sudah sebanyak itu waktu yang kugunakan untuk mempelajari segalanya. Rasanya baru kemaren aku menjadi seorang remaja yang beranjak dewasa. Saat ini sudah menjadi seorang ibu, dan sebentar lagi akan menjadi tua seperti orang-orang kebanyakan.

Apa seperti ini yang juga dirasakan oleh para orang tua, terutama para manula yang kulitnya sudah keriput dan rambut sudah beruban. Mungkin persis seperti apa yang kurasakan saat ini, merasa waktu terlalu cepat berlalu. Mungkin mereka juga merasa baru kemaren menjadi remaja, lalu menikah dan punya anak. Sekarang harus merelakan generasi muda menggantikan posisi mereka. Mereka pasti sedih, karena menjadi tua berarti umur bertambah, dan peran mereka di dunia harus tergantikan oleh yang lebih muda.

Waktu memang saungguh berharga. Semahal-mahalnya sesuatu, itu adalah waktu.