Thursday 8 April 2010

Gemerlap dunia

Anillos de Matrimonio, Aros de MatrimonioImage via Wikipedia

“Yah…hujan deras lagi,” keluh Intan tatkala akan mengganti piyamanya dengan gaun malam hitam. Malam ini Intan, 19 tahun, akan menghadiri pesta ulang tahun temannya di sebuah hotel mewah, milik ayah Inge, teman Intan yang tengah berulang tahun itu.

Segera ia menelpon Bram, teman kencan Intan yang biasa mengantarnya kemana saja ke tempat yang Intan suka. Bram seorang pegawai swasta lumayan tajir, yang baru bekerja selama 1 tahun. Sebenarnya bukan Bram sendiri yang bisa dikatakan tajir, kekayaan orang tua Bram lah yang selama ini digunakan untuk memfasilitasi segala keperluannya, terutama dalam urusan cewek.

“Bram, jemput aku pake mobil ya? Hujan deras nich ,” pinta Intan dengan manja. Sesaat kemudian Intan bergegas mengganti pakaian, dan tak kurang dari 30 menit mobil Bram sudah membunyikan klakson begitu tiba di depan rumahnya.

“Uh… kenapa cepat sekali sich sampainya, aku kan belum siap nich…” keluh Intan seraya mempersilahkan Bram masuk ke dalam rumahnya.

“Tenang sayang, aku tidak terburu-buru kok. Santai saja…” jawab Bram sambil tersenyum genit.

Buru-buru Intan ngeloyor masuk ke dalam kamar membenahi riasannya yang belum kelar. “Braaam…! Aku pake gaun warna hitam pantas tidak ya…?” teriak Intan sambil mendongakkan kepalanya keluar dari pintu kamar.

“Kamu pake warna apa aja pantas kok sayang,” jawab Bram sambil melongok kearah jam tangannya. Sudah setengah jam Intan menghabiskan waktunya di dalam kamar, Bram seolah sudah tidak sabar untuk segera menghadiri pesta ulang tahun Inge, anak seorang pengusaha kaya.

Sesampai di hotel mewah tempat digelarnya pesta Inge, Bram sangat takjub dengan kemewahan pesta yang digelar di sana. “Kenalkan, ini Bram, cowokku,” kata Intan saat mengenalkan Bram pada Inge.

Inge yang saat itu mengenakan gaun purple, tampak sangat cantik dan elegan dengan dekorasi kolam renang yang bernuansa gold.

Dari pandangan pertama, Bram sudah jatuh hati pada Inge. Tidak hanya pada penampilan Inge yang malam itu tampak cantik di mata Bram, namun ia juga jatuh hati terhadap kekayaan yang dimiliki keluarga Inge.

Gayungpun bersambut, Inge menerima Bram menjadi cowoknya. Tampang Bram memang ganteng, hingga mampu melumerkan hati Inge. Namun apalah arti seorang Intan yang hanya seorang gadis yang berasal dari keluarga biasa. Memiliki cewek yang orang tuanya setajir Inge adalah incaran Bram dari dulu.

“Apa kamu benar-benar mencintaiku Bram?” tanya Inge di suatu malam saat mereka berdua asyik dalam suasana sendu, di bawah temaram cahaya bulan purnama.

“Iya sayang, aku sangat mencintaimu,” jawan Bram dengan penuh kemesraan.

“Mengapa kau tidak segera melamarku?” sambung Inge dengan penuh antusias.

Sesaat Bram terdiam, lalu menghembuskan nafas sambil memeluk Inge erat, “Ya sayang… mungkin sudah saatnya.”

Tiga bulan kemudian, pesta pernikahan digelar di kediaman orang tua Inge. Sudah bisa diprediksi, banyak tamu undangan yang hadir. Sebagian dari kerabat dan teman kerja ayah Inge, sebagian lagi berasal dari kerabat dan teman kerja ayah Bram. Tamu undangan yang hadir tumpah ruah dalam pesta mewah yang menghabiskan biaya sangat besar.

Setahun kemudian, mereka sudah menimang bayi. Kebahagiaan berturut-turut datang pada keluarga mereka. Sampai suatu ketika, ayah Inge harus masuk ke dalam bui karena kasus penggelapan dana.

Seketika itu juga keluarga Inge bangkrut. Tidak lama kemudian keluarga Bram juga terkena imbasnya. Kasus penggelapan dana itu ternyata juga menyeret usaha milik ayah Bram. Perusahaan milik keluarga Bram telah dirugikan berpuluh-puluh milyar.

Kini keluarga Bram maupun keluarga Inge sama-sama jatuh miskin. Mereka tidak punya apa-apa sama sekali. Tiga bulan kemudian, Bram dan Inge memutuskan untuk berpisah dan menjalani hidup mereka masing-masing.







Reblog this post [with Zemanta]

No comments:

Post a Comment

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.