Saturday 8 January 2011

Tebing Terjal

Kulayangkan pandang saat tubuh ini terbaring. Masih dengan kantuk yang samarkan penglihatanku. Kufokuskan bayangan yang belum jelas itu. Ada sebentuk wajah mungil di hadapanku. Perlahan mendekat kemudian menjauh. Seperti sebuah senyuman tersungging dari bibirnya. Kabut kembali menyelimuti pandanganku. Kekedipkan berkali-kali mata ini lalu kufokuskan kembali pandanganku. Wajah itu telah berubah menjadi sekepal tangan yang siap menonjok mukaku. Tangan siapa ini. Akupun tak sadarkan diri.

Aku merayap di atas tanah yang penuh dengan bongkahan batu. Lalu pandanganku tertuju pada sebongkah batu besar berwarna coklat. Samar-samar terlihat dari jauh batu itu diselimuti kabut dingin. Aku mendekat. Ternyata sebuah tebing terjal berdiri dengan gagahnya di hadapanku. Tak ada jalan lain, aku harus mendaki. Kutapakkan satu demi satu kakiku dengan susah payah. Semakin lama aku semakin tinggi dan hampir mencapai puncak. Tebing itu terasa semakin terjal. Semakin berat kaki ini menapak. Ngeri membayangkan diri ini terjatuh.

Hawa terasa semakin dingin menusuk tulang. Aku tak tahan lagi. Ingin segera mengakhiri petualangan ini. Tebing yang sedang kudaki membalikkan tubuhku hingga aku terjungkal. Tebing itu berubah menjadi ombak besar, yang mendorong tubuhku melayang di udara. Saat aku berada di puncak ketinggian, ombak itu berubah menjadi air bah. Aku terbenam di dalam arusnya.

Enhanced by Zemanta

No comments:

Post a Comment

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.