Tuesday 21 August 2012

Bocah di Atas Trotoar

Bungaku Bunga Liar, Bunga Trotoar...
Bungaku Bunga Liar, Bunga Trotoar... (Photo credit: Ikhlasul Amal)

Bocah di Atas Trotoar

“Bau badanmu menyengat sekali, berapa hari kau tidak mandi?” tanya Pinki pada teman barunya. Beberapa saat yang lalu Pinki berdiri di dekat perempatan lampu merah. Ia merasa terganggu sekali dengan pemandangan di dekatnya, seorang bocah cilik yang sedang melamun di atas trotoar. Kegiatan mengamen Pinki siang itu jadi terganggu dengan rasa penasaran yang tiba-tiba menyeruak tatkala menyaksikan ketenangan dan raut muka membisu sang bocah lelaki yang duduk termangu dengan pandangan kosong. Apalagi bocah itu tidak bergeming sedikitpun dengan panasnya terik mentari yang siang itu benar-benar membakar kulit.

“Berhari-hari kak…”jawab bocah lelaki itu dengan tampang cuek dan muka yang cemberut. Pinki semakin tak kuasa untuk pura-pura cuek dan tak mau tahu dengan keprihatinan yang dialaminya. Segera saja Pinki merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang ribuan yang baru saja ia dapat dari mengamen siang itu.

“Nih, buat kamu. Kamu bisa mandi di kamar mandi umum di ujung jalan sana,” kata Pinki sambil menunjuk letak kamar mandi umum itu. Bocah itu menoleh mengikuti arah tangannya lalu kembali menunduk. “Kenapa kamu?”tanya Pinki penasaran. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya sedang berkecamuk dalam pikiran bocah kecil itu.

Mereka berdua terdiam beberapa saat, lalu sang bocah berkata, “Rumahku tak jauh dari sini kak. Seminggu yang lalu aku lari dari rumah.” Pinki melongo mendengar pengakuannya. “Kenapa kamu lari dari rumah? Dan kenapa sekarang kamu tidak pulang saja ke rumah?” tanya Pinki dengan nada kasihan.

“Aku tadi sudah pulang ke rumah, lalu pergi lagi. Aku kaget ternyata orang tuaku tidak senang dengan kedatanganku. Mereka lebih suka aku pergi dari rumah itu,” jawab sang bocah sambil berlinang air mata.
Pinki tercengang mendengarnya.
Enhanced by Zemanta