Thursday 5 December 2013

Saat Malas Mendera

Ia berusaha melawan rasa malas dan lesu yang merasuk ke persendian tulang. Bahkan desir-desir dalam pembuluh darahnya sudah tak berasa lagi. "Seluruh tubuh yang susah digerakkan semakin lama akan membatu," pikirnya. Lalu ia turun dari ranjang yang selama ini menjadi singgasana. Ia tak ingat kapan terakhir kali turun dari ranjang, apakah tadi pagi, kemaren, kemaren dulu, entahlah. Kecuali untuk urusan buang hajat yang hanya berjarak satu meter dengan pintu toilet, lalu setelah selesai ia hanya akan melangkah satu kali untuk kemudian kembali naik ke atas ranjang.
Mungkin inilah yang dirasakan oleh para pemalas, yang tak pernah melakukan apapun dalam kehidupannya, dalam detik-detik waktu yang dimilikinya, bahkan mereka tak mengisi otakknya dengan ilmu. Mengapa? Karena berpikir adalah pekerjaan yang berat, jauh lebih berat dari pada menonton televisi.
Ups, ia tak dapat berdiri tegak karena pinggangnya sakit. Sudah berapa lama ia tak menggerakkan badan, bahkan untuk melakukan sujud di atas sajadah ia lalai. Pikirannya terlalu ruwet, penuh dengan masalah, seakan-akan hanya dirinyalah orang yang paling patut dikasihani di dunia ini. Sayang sekali, semua orang di sekitarnya sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka sibuk memikirkan cara bagaimana untuk survive, dan bekerja keras tanpa banyak mengeluh. Mengeluh? Ya, mengeluh, menangis, menyesali nasib, tanpa action apa-apa. Lalu memandang ke kanan kiri, ia melihat teman-teman dan keluarganya lebih bahagia dari dirinya. "Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau," begitu pikirnya. Lalu timbul iri, cemburu dan berburuk sangka.

No comments:

Post a Comment

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.