Friday 19 March 2010

Aku seorang wanita

Dering telepon itu benar-benar mengganggu tidur siangku. Damai hati dalam indahnya mimpiku yang sesaat telah terhenti dalam sekejab, tatkala ada sesuatu yang hendak kau sampaikan dengan segera. Dengan wajah terkulai dan tangan lemas kuangkat telepon itu dan berucaplah diriku dengan suara berat dan irit.

“Halo…”
“Segera kemasi barang-barangmu Rin! istriku akan segera datang malam ini!” teriaknya dengan nafas tersengal-sengal.

Tiba-tiba dunia serasa runtuh. Teringat sekilas akan kenangan semalam bersamamu di atas ranjang ini. Begitu cepatnya berakhir sedang kau sudah berjanji padaku akan melakukannya sekali lagi denganku malam ini. Bercinta denganmu adalah hal terindah dalam hidupku. Seisi dunia serasa menjadi milikku dan segalanya seakan tiada berarti lagi selain bersamamu. Aku rela mengorbankan apa saja hanya untuk berada di pelukmu walau hanya untuk semalam.

Segera kukemasi barang-barangku. Kubalut tubuhku dengan gaun yang semalam kupakai. Kulihat kemejamu masih tergeletak di atas lantai ini, hingga bau parfummu masih samara-samar tercium. Kulihat jam di dinding masih pukul 9 pagi. Roy saat ini sudah berada di kantornya. Dia pasti tahu aku masih berada di kamar ini.

Sebelum aku meninggalkan kamar itu, sekilas aku menamatkan foto Roy dan Dina yang terpampang dalam sebuah bingkai berbentuk hati di atas meja kerja Roy. Dina sahabat karibku semasa kuliah. Aku yang menyatukan mereka berdua, namun diam-diam aku telah jatuh cinta terhadap Roy. Gayungpun bersambut tatkala beberapa tahun kemudian aku bertemu kembali dengan Roy di kota ini. Kamipun beberapa kali berkencan, namun tak satupun gelagat kami yang tercium.

Dari awal aku sudah tahu Roy tipe lelaki tidak setia, sama tidak setianya aku terhadap suamiku. Akupun telah berselingkuh. Suamiku tinggal jauh di negeri orang. Entahlah, apa bisa rumah tanggaku dipertahankan kalau kami tinggal berjauhan, sedang aku juga tidak tahu apa suamiku juga setia terhadapku.

Keluar dari apartemen Roy aku berpapasan dengan seorang perempuan berkerudung. Bau parfumnya sudah tidak asing bagiku. Dina… mungkinkah itu Dina. Saat itu juga aku langsung menengok ke belakang, aku terperanjat ternyata ia juga melakukan hal yang sama denganku.

“Rani…!” ia tersenyum menghampiriku. Deret gigi putihnya yang rapi mengingatkanku denga wajah lugunya 5 tahun silam. Ya… istri Roy sudah datang. Namun aneh, tak ada rasa bersalah yang menyelimutiku. Tak ada rasa takut atau sikap kikuk dalam diriku ketika berhadapan dengan istri Roy! Dina seorang istri yang suaminya telah bercinta denganku tadi malam!

Kami berpelukan, seperti layaknya bertemu kawan lama ia pun tak sabar ingin berbincang panjang lebar denganku, namun aku sadar aku harus segera menjauh dari perempuan ini sebelum Roy mengetahuinya. Dengan dalih kesibukanku yang super padat akupun menghindar dari Dina, sahabat karibku. Suatu saat ia pasti benar-benar akan membenciku, bahkan mungkin akan membunuhku.

Aku seorang wanita jalang, dalam balutan busana yang sopan namun berhati binal.

4 comments:

  1. cerita yang bagus... di tunggu kelanjutannya...

    jujur mengingatkan aku pada cerpen2 lama Djenar Maesa Ayu.. sekilas karakter dan cara bercerita yang sealiran... aku suka...

    ReplyDelete
  2. Wah saya kira bukan wanita.... hehehehhe. maaf ngaco.. salam kenal!

    ReplyDelete
  3. @loopdreamer : jadi tersanjung...^^

    @akhatam : salam kenal juga sobat...

    @secangkir teh dan sekerat roti : sama2 sobat...

    ReplyDelete

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.