Sunday 6 October 2013

Ranti dan Rizki

"Rasanya seperti terbakar," desis Ranti. Ia duduk di atas kursi malas milik ayahnya.

 "Maksudmu apa?"sahut Rizki tanpa menoleh sedikitpun pada gadis berambut pendek itu, ia asyik membaca majalah otomotif milik Ayah Ranti.

Ada jeda panjang, tiba-tiba sunyi. Keduanya asyik tenggelam dalam dunia masing-masing. Ranti sibuk menerawangkan pandangan pada tembok putih di depannya, sedangkan Rizki tak bergerak sedikitpun kecuali mulutnya yang komat-kamit menghabiskan setoples kacang.

 "Hey, kau makan semua?!"sentak Ranti menyadari camilannya lenyap. Ia ambil toples yang hanya tersisa seperempatnya itu dengan sebal lalu menyalakan televisi. Rizki berhenti mengunyah, bibirnya cemberut dan segera bangkit dari duduknya. "Yah, aku pulang saja," cowok itu melirik arloji di pergelangan tangan kanannya. Sudah hampir pukul 4 sore.

 "Rantiii... Kecilin dikit volumenya..! teriak ibu Ranti dari dalam dapur.

 "Iya, Bu..!"sahutnya. Ia mengambil remot tv dan mengatur volume, tak memperhatikan temannya berjalan menuju pintu keluar. Saat mendengar suara pintu, ia menoleh dan terperanjat, gadis itu bergegas menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu, lalu menghampiri temannya.

 "Nih, buat kamu,"Ranti menyodorkan sebungkus besar kacang yang masih bersegel. Rizki tersenyum lebar, matanya mendadak berubah hijau melihat sebungkus kacang berukuran jumbo, segera ia mengambil bungkusan itu dari genggaman Ranti, tiba-tiba gadis itu menepis tangannya, "eiit, ada syaratnya." Rizki mengernyitkan dahi, senyumnya kembali pudar.

 "Apaan?!

 "Dengerin aku dulu donk,"sahut Ranti sambil melempar bungkusan itu ke dada Rizki, cowok itu menangkap dengan sigap.

 Ranti kembali duduk di atas kursi malas, sedangkan Rizki duduk di lantai sambil mengunyah camilannya, di sekitarnya masih berserakan majalah-majalah otomotif. Ada suara berisik yang keluar dari mulut cowok yang sedang mengunyah. "Berisik tauuu...! Jangan makan mulu donk," teriak Ranti.

 Rizki terdiam, mematung, tak berani bergerak, walau untuk menelan sekalipun, kwatir cewek itu akan mengambil kembali makanannya. Ia berusaha menjadi pendengar yang baik.

 "Terbakar cemburu..?"tiba-tiba Rizki nyeletuk, ternyata ia mendengar semua curhatnya. Ranti terperanjat, ia telah salah sangka, lalu menghela nafas panjang sambil duduk dan tertunduk lesu,"Iyaaaa... Aku tak rela ia bersama gadis itu."

 Rizki terkikik. Ranti merasa tersinggung lalu melempar sebuah majalah ke arahnya,"Ga lucu ah. Ini seriuuuusss."

 Cowok itu terdiam, lalu memasang tampang serius,"Gimana mau noleh sama kamu, kamunya tomboy gitu..." Cowok itu kembali mengunyah.

 Ranti tersadar, ia ingin menentang pernyataan Rizki namun hanya terdiam. Hati kecilnya membenarkan,"Benarkah...?" Kali ini suaranya melemah.

 "Iya, galak lagi.."Sahut Rizki.

 Gadis itu terperanjat, namun tak mampu berkata apa-apa lagi. "Lagi-lagi Rizki benar," batinnya. Hatinya berkecamuk, berusaha melawan rasa kecewa, diiringi lantunan lagu Geisha di televisi,"Lumpuhkanlah ingatankuuuu...uuuu."
 (RD)

No comments:

Post a Comment

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.