Monday 20 April 2015

Rasa yang Berlanjut

Membiarkan sesuatu terjadi di luar radar, sama seperti melepas buah hati dalam pengawasan yang lebih longgar. Kita tidak tahu apa yang terjadi pada mereka dan mengisi keyakinan dengan pikiran-pikiran positif bahwa mereka akan baik-baik saja.

Seberapa baik keadaan hati kita setelahnya tergantung pada seberapa besar rasa ikhlas itu menguasai relung jiwa. Di sini saya dituntut untuk memiliki ketrampilan mengolah pikiran dan rasa. Pada awalnya sungguh terasa berat. Sama dengan saya melawan diri sendiri, karena yang berperan pada kelangsungan kebahagiaan saya adalah diri saya sendiri. Baik buruknya yang terjadi di luar sana tak bertangung jawab pada baik buruknya keadaan jiwa saya. Maka ikhlas dan menyerahkan sesutu itu terjadi dalam pengawasan sang maha ghaib menjadi penentram jiwa.

Di setiap bangun pagi, saya masih harus menggenapkan pikiran dan rasa setelah melompat dari dimensi sebelumnya. Perlu beberapa waktu untuk mengalirkan niat apa-apa saja yang akan saya kerjakan hari ini. Jika pada malam sebelumnya saya tidak berhasil membuat tentram jiwa saya sendiri, maka rasa itu akan berlanjut pada pagi hari ini. Seperti menekan tombol play dari sebuah film yang berhenti oleh tombol pause sebelumnya. Rasa baik atau buruk di malam sebelum kita tidur akan kita rasakan kembali. Maka dari itu, saya berusaha berdamai dengan diri sendiri setiap akan mengarungi bahtera mimpi sebelum rasa itu benar-benar menguasai hari-hari berikutnya.
(Rd)

No comments:

Post a Comment

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.