Friday 6 August 2010

A L Y A (Part 1)

Gadis SeluetImage by Roslan Tangah (aka Rasso) via Flickr

Saat pertama membuka pintu depan rumah di suatu pagi yang terang benderang, Alya menemui bertumpuk-tumpuk dedaunan kering yang berserakan memenuhi halaman depan rumah kontrakannya. Begitu banyaknya hingga ia tak bisa menemukan sandal yang biasa ia gunakan sebagai alas kaki untuk menapaki halaman itu. Kumuh sekali, pikirnya. Seperti rumah yang sudah bertahun-tahun tak berpenghuni. Padahal baru kemarin sore ia membersihkan halaman itu. Pohon mangga yang lebat daunnya tumbuh di halaman pekarangan rumah Alya. Saking lebatnya sampai menutup pancaran sinar matahari, dan bila hujan deras mengguyur, tak sedikitpun tanah di pekarangannya basah oleh tetes air hujan.


Sudah seminggu Alya menempati rumah kontrakan itu. Sudah banyak biaya yang ia habiskan untuk merenovasinya, maklum rumah itu sudah kosong bertahun-tahun hingga bangunannya hampir ambruk. Ada banyak lumut di tiap tembok, dan atapnya banyak yang bocor hingga airnya merembes masuk ke dalam tembok rumah dan membekas membentuk lukisan pulau-pulau tak beraturan. Aliran listriknyapun banyak yang tak berfungsi hingga harus memanggil tukang untuk memperbaiki semuanya, termasuk mencat ulang warna tembok yang awalnya sangat kotor, kini telah berubah menjadi warna putih yang bersih.


Alya terpaksa mengontrak rumah itu karena minimnya dana yang ia miliki, selain itu karena berdekatan dengan kampus yang kini menjadi tempat barunya untuk mengenyam pendidikan. Sejak diterima di Universitas Airlangga jurusan Akuntansi, Alya yang saat ini mulai masuk semester pertama dan tinggal berjauhan dengan orang tuanya yang tinggal di Madiun harus merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa bertahan hidup di kota Surabaya yang penuh dengan persaingan. Impiannya untuk masuk salah satu universitas ternama di jawa timur itu telah terkabul berkat do’a dan kerja kerasnya. Selain itu ia berhasil mendapatkan bea siswa dari perusahaan ayahnya atas keberhasilannya masuk ke universitas negeri, jadi persediaan dana untuk hidup beberapa bulan atas biayanya sendiri sedikit terbantu.


Alya yang ngotot untuk membiayai sendiri hidupnya sejak lulus SMA, telah meluruhkan hati kedua orang tuanya. Walaupun kedua orang tuanya masih mampu untuk membiayai kuliahnya, namun Alya tak ingin merepotkan lagi dan ingin belajar hidup mandiri, mengembara ke kota yang belum pernah sekalipun ia jajaki. Kenekatannya dan keyakinan untuk kuliah dan mencari sendiri penghasilan dari upahnya menulis di beberapa media surat kabar dan majalah remaja terkenal, membuatnya selalu optimis. (Bersambung)

Enhanced by Zemanta

No comments:

Post a Comment

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.