Monday 19 July 2010

Catatan kecil

Semua bilang kalau ingin pandai menulis harus banyak baca, banyak nulis dan mendengar atau mengamati. Pendek kata apa yang akan kita tuang pasti ada sumbernya, dan sumber itu berasal dari lingkungan sekitar ditambah dengan daya imajinasi dan pendapat kita sendiri, lalu dibaur jadi satu maka jadilah tulisan orisinil karya kita.

Namun aku tidak suka baca, aku hanya suka menulis dan mengungkapkan segala rasa dalam tulisan. Aku cepat bosan dan mengantuk saat membaca karya orang lain, apalagi tulisan yang bahasanya sulit untuk dicerna dan butuh konsentrasi tinggi untuk bisa dimengerti. Salahkah aku…

Kedengarannya seperti egois, hanya mementingkan diri sendiri. Seolah hanya mau mengumbar rasa namun pelit untuk mencicip rasa milik orang lain. Seolah hanya mau mengkritik namun tak mau menerima kritik. Mungkin seperti itulah keadaan bathinku saat ini.

Hingga tiba saatnya ide ini berhenti mengalir. Otak ini serasa macet. Lalu lintasnya padat, tak satupun yang mau bergerak. Tak ada satupun yang bisa kuceritakan walau ada segudang rasa yang menumpuk dalam benak ini. Aku kehabisan kata-kata. Seolah ada yang mencuri semua perbendaharaan kosakataku.

Tolooong… serasa ingin meluap namun tak ada jalan keluar, semuanya buntu dan pintu tertutup. Segera kuambil sebuah novel karya seorang penulis terkenal yang tergeletak di atas meja. Baru satu halaman yang kubaca, tiba-tiba terbentuk satu topik yang siap kuurai agar tak jadi benang kusut lagi.