Monday 6 January 2014

Dingin

Dingin, menusuk tulang. Tak ada selimut, sehelai benang pun tak termiliki. Cukup selembar karton lebar menutup sebagian tubuh, dan trotoar sebagai pengganti kasur. Sementara di sana sini bertaburan gemerlap mercon dan kembang api. Warna-warni di angkasa sebagai pelipur hati yang gundah. Sementara ia sibuk mengalihkan konsentrasi pada suka cita di luar sana, agar rasa lapar di perut dan angin dingin yang berhembus di permukaan kulit tak begitu terasa.

 "Wow, begitu indah," batinnya. Kedua mata pun tak kuat menahan kantuk. Ia tersenyum saat membenamkan dirinya ke alam mimpi. Kupu-kupu beterbangan ke sana kemari, hinggap dari satu kuntum bunga ke bunga lain. Ia lemparkan pandangan ke hamparan hijau di sana. Tidak hanya ada satu rumpun mawar, berderet-deret tanaman bunga siap menyambutnya. Semua berayun-ayun diterpa angin semilir. Damai menyejukkan kalbu.

Tiba-tiba terik mentari menyengat kulit, sangat panas. Mendadak semua tanaman layu dan hangus. "Duk!" Ada yang menghantam perutnya. Ia terbangun dalam keadaan sakit di bagian perut. Seseorang telah menyaduk tubuhnya tanpa sengaja hingga terjatuh. Terdengar teriakan di mana-mana. Kepanikan tampak jelas setelah ledakan itu terjadi. "Kebakaran! kebakaran!" (RD)

No comments:

Post a Comment

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.