Tuesday 28 January 2014

Masa Lalu


Wanita itu terdiam, kedua bola matanya tak berkedip. Ia memandang sosok gadis yang sedang menangis setelah terlepas dari dekapan seorang lelaki di dekat area sebuah stasiun. Mereka sempat berpelukan dan sang lelaki membisikkan kata-kata yang membuat sang gadis menangis. Adegan dramatis itu sempat menarik perhatian beberapa orang yang melintas. Rupanya mereka sepasang kekasih yang hendak dipisahkan oleh jarak. “Apa yang sedang Anda lihat, Bu?” tanya rekan sejawatnya, karena kedua sosok yang sempat menjadi perhatian tersebut sudah tak nampak lagi. Wanita itu tersenyum. “Sebuah masa lalu,” jawabnya.

Rekan sejawat itu sedikit tak paham, namun tak ingin mempertanyakan lebih dalam lagi. Ia memilih untuk diam dan membiarkannya hanyut dalam sebuah pemikiran. Keduanya berjalan beriringan memasuki sebuah kantor yang tak jauh dari stasiun, tempat dimana mereka bekerja.

Baru saja menginjakkan kaki ke dalam ruang kantor, tiba-tiba dari ruang sebelah terdengar suara orang yang sedang berdebat. Meski samar, namun kata terakhir sempat terdengar jelas terbawa angin. “B*ngs*t kau!” Kedua rekan kerja yang sedang berselisih paham dan gagal mengendalikan emosi membuatnya kembali tercengang. “Apa lagi yang sedang Anda pikirkan, Bu?” tanya rekan sejawat yang sedari tadi selalu memperhatikan sikapnya. Lagi-lagi wanita itu hanya tersenyum sambil menjawab, “Masa lalu.”

Bagi wanita itu, mengumbar emosi di depan banyak orang adalah sebuah masa lalu. Menangis di depan umum dan mengumbar kemesraan bersama kekasih hingga mendramatisir seperti adegan sinetron adalah sebuah sifat kekanak-kanakan. Lalu gagal mengendalikan emosi hingga terlontar kata-kata kotor yang sudah pasti tidak senonoh adalah sebuah sifat kekanak-kanakan pula. Ia bersyukur sudah melewati masa-masa labil yang penuh ketidakdewasaan dan mulai memperbaiki diri.

Begitu berharganya sebuah perjalanan hidup. Bergitu berharga waktu yang sudah dihabiskan menuju sebuah kedewasaan. Pengalaman hidup, telah membuatnya berubah, menjadi lebih bijaksana.
(Rd)

No comments:

Post a Comment

Senang sekali Anda sudah mau berkunjung. Jika berkenan meninggalkan komentar di sini tempatnya... terima kasih.